Para pemimpin Uni Eropa mengadakan pertemuan darurat di Brussels untuk membicarakan langkah berikut setelah para menteri dalam negeri menyetujui rencana membagi-bagi 120 ribu migran di antara ke-28 negara anggota Uni Eropa.
Rencana tersebut dirancang untuk mengurangi ketegangan di negara-negara Uni Eropa di pinggir timur blok tersebut, yang telah menangani banjir migran pendatang dalam beberapa bulan ini, banyak dari mereka berusaha melarikan diri dari kekerasan di Suriah atau Afghanistan.
Karena keberatan dari Hungaria, Slowakia, Republik Ceko, dan Rumania, persetujuan itu diloloskan melalui suara mayoritas, bukan suara bulat di antara menteri dalam negeri Uni Eropa.
“Negara-negara Uni Eropa perlu tetap memiliki kedaulatan dalam soal ini,” kata Perdana Menteri Republik Ceko Bohuslav Sobotka. “Pemerintahlah yang harus mengambil keputusan.”
Pertemuan hari Rabu (23/9) diperkirakan akan membicarakan penguatan perbatasan luar Uni Eropa dan membantu negara-negara yang bukan anggota Uni Eropa, seperti Turki, yang juga mendapat beban dari migran yang membanjir.
Hampir setengah juta migran, 40 persen dari mereka warga Suriah, telah menyeberangi Laut Tengah tahun ini, melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Badan Pengungsi PBB mengatakan arus tetap migran sangat besar – 6.000 sehari mendarat di pantai Eropa – sehingga rencana pemindahan 120 ribu migran “tidak akan cukup untuk menstabilkan keadaan.” Badan tersebut menyerukan pembukaan pusat-pusat penerimaan pengungsi di pinggiran Uni Eropa.
Jerman telah menerima jumlah yang jauh paling besar pengungsi, tetapi, kepala intelijen Berlin, Hans-Georg Maassen, memperingatkan bahwa Islamis radikal yang sudah berada di Jerman dapat berusaha merekrut pengungsi untuk serangan teroris dengan dalih menawarkan bantuan kemanusiaan.
Pertemuan para menteri dalam negeri Uni Eropa diadakan setelah Parlemen Eropa menyetujui rencana kuota itu pekan lalu walaupun ditentang oleh beberapa negara.
Hari Senin, parlemen Hungaria mengizinkan tentaranya menggunakan kekuatan yang tidak mematikan terhadap migran yang berusaha memasuki negara itu secara ilegal. [gp]