Reporter VOA Dora Mekouar mengulas bagaimana para pendukung Haley dapat membantu menentukan pemenang pemilihan antara Presiden Joe Biden dan mantan presiden Donald Trump.
Hampir tiga bulan setelah menghentikan kampanyenya untuk menjadi presiden, mantan duta besar PBB Nikki Haley mengumumkan bahwa dia akan memilih mantan presiden Donald Trump pada bulan November.
“Biden selama ini menjadi bencana. Jadi saya akan memilih Trump,” ujarnya.
Namun para pendukungnya belum tentu mengikuti jejaknya. Jajak pendapat Emerson College pada bulan Maret 2024 menemukan bahwa para pemilih Haley hampir dua kali lebih mungkin mengatakan mereka akan memilih Presiden Joe Biden daripada Trump. Jajak-jajak pendapat lain menunjukkan setidaknya separuh pemilih Haley tidak akan memilih Trump.
Para pendukung Haley ini menjelaskan apa yang mereka pikirkan. Chris, yang menolak menyebut nama belakangnya, mengatakan, “Saya sedih mendengar Nikki tidak memperoleh cukup suara untuk tetap ikut dalam pencalonan. Namun, saya bukan pendukung Presiden Trump. Saya merasa sangat prihatin dengan Partai Republik.”
BACA JUGA: Nikki Haley Sebut Ia akan Memilih Trump pada Pilpres NovemberJohn Sulkowski, seorang pendukung Haley lainnya mengungkapkan. "Saya tidak melihat adanya pilihan yang layak dalam pemilihan Trump versus Biden. Saya benar-benar tidak ingin melihat salah satu dari mereka menduduki Gedung Putih tahun depan."
Jennifer Mayser, memiliki pendapat berbeda. "Anda tahu, saya juga tidak senang dengan hal tersebut. Maksud saya, saya memang mendukung Trump dan saya mungkin akan tetap condong ke arah itu."
Haley mengatakan Trump harus membujuk para pemilihnya. “Trump mengambil langkah pintar bila berusaha menjangkau jutaan orang yang memilih saya dan terus mendukung saya. Dan jangan berasumsi bahwa mereka pasti akan bersamanya,” tukasnya.
Para pendukung Haley berpotensi memengaruhi pemilihan presiden kali ini. Pada pemilihan pendahuluan di Pennsylvania pada bulan April, Haley memperoleh hingga seperempat suara Partai Republik di daerah-daerah pinggiran kota yang tergolong makmur, meskipun dia telah keluar dari pencalonan beberapa minggu sebelumnya. Analisis-analisis terhadap pemilihan presiden tahun 2020 menunjukkan bahwa keberhasilan meraih banyak suara di kawasan-kawasan pinggiran kota memberikan keuntungan bagi Biden.
Haley berhasil merebut simpati sejumlah besar orang di negara bagian-negara bagian yang tergolong swing states termasuk Arizona, Georgia, Michigan, North Carolina, Nevada dan Wisconsin. Swing state merujuk pada negara bagian yang pilihan partainya cenderung mengambang, di mana Partai Demokrat dan Partai Republik memiliki peluang setara untuk menang.
Your browser doesn’t support HTML5
Dante Scala adalah profesor ilmu politik di Universitas New Hampshire. "Anda melihat banyak pemilih Partai Republik kelas atas, terpelajar, dan berkecukupan cenderung memilih Nikki Haley. Dan saya pikir itu termasuk beberapa dari mereka yang independen. Saya bisa melihat beberapa dari mereka menjadi pemilih yang berganti pilihan saat memberikan suara."
Tim kampanye Biden secara aktif mengejar para pendukung Haley dengan iklan-iklan yang menampilkan Trump yang menghina Haley – yang pernah ditunjuk Trump sebagai duta besar PBB. Ini adalah bagian dari strategi Biden yang lebih luas untuk menarik dukungan anggota Partai Republik yang anti-Trump.
Larry Sabato adalah profesor ilmu politik Universitas Virginia. “Sejauh ini, masalah Trump adalah mengonsolidasikan suara Haley. Saya tidak tahu apakah Anda menyebutnya sebagai suara Partai Republik, tapi dia harus mendapatkan mayoritas suara Haley.”
Tidak ada upaya berkelanjutan dari tim kampanye Trump untuk menarik pemilih yang memilih Haley dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik. Padahal, dalam persaingan yang ketat, para pendukung tersebut mungkin bisa membuat perbedaan di hari pemilihan. [ab/uh]