Parade Militer Taliban di Bagram Tandai 3 Tahun Kekuasaan

Beberapa helikopter UH-60 Black Hawk terbang selama parade militer untuk menandai ulang tahun ketiga penarikan pasukan pimpinan AS dari Afghanistan, di Pangkalan Udara Bagram di Provinsi Parwan, Afghanistan, 14 Agustus 2024.

Taliban menandai peringatan ketiga kembalinya mereka ke kekuasaan, setelah pasukan AS dan NATO ditarik dari Afghanistan, dengan sebuah parade militer di pangkalan udara Bagram pada Rabu (14/8). Pangkalan udara ini adalah lokasi di mana terjadi pengangkutan udara pasukan sekutu besar-besaran dan kacau pada 2021.

“Tanggal 14 Agustus adalah hari yang sangat berharga dalam sejarah Afghanistan. Pada hari ini, perjuangan dan pengorbanan Mujahidin Afghanistas menghadirkan seberkas cahaya. Menjadi penting juga untuk memperingati hari ini, agar generasi mendatang akan memahami pelajaran tentang timbal balik dan kemerdekaan,” kata Mohammad Abdul Kabir, Deputi Perdana Menteri Taliban.

Para pejabat tinggi Taliban bergabung bersama dengan sejumlah perwakilan dari China, Rusia, Pakistan dan Iran pada acara ini, yang digelar di sebuah tempat yang dulunya merupakan pangkalan militer terbesar AS dan NATO di Afghanistan.

Parade ini menampilkan pasukan bersenjata Taliban dan memperlihatkan berbagai peralatan militer mereka, termasuk kendaraan HUMVEE, helikopter dan tank.

BACA JUGA: AS Berkomitmen Bebaskan Warga AS yang Ditahan Taliban di Afghanistan

Ketika pasukan AS ditarik pada 2021, mereka sempat merusak lebih dari 70 pesawat terbang, puluhan kendaraan lapis baja dan melumpuhkan pertahanan udara yang telah menggagalkan sebuah serangan roket dari ISIS pada malam penarikan pasukan AS tersebut.

Setelah gagal mengantisipasi bahwa Taliban akan membalas dengan begitu cepat, AS dan sekutu NATO-nya dipaksa keluar dengan tergesa-gesa, meninggalkan ribuan warga Afghanistan yang sebelumnya membantu mereka dan mungkin masuk dalam kelompok yang bisa dievakuasi dan pihak-pihak lain yang dirasa punya risiko.

Sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, Afghanistan terperosok dalam krisis ekonomi, diperburuk oleh pembatasan perbankan dan kurangnya pengakuan resmi dari pemerintah asing.

Pemerintahan Taliban mengklaim, bahwa mereka memprioritaskan pemulihan keamanan setelah konflik selama dua dekade. Meski begitu, kelompok militant seperti ISIS terus menerus melakukan serangan, termasuk pada target-target asing dan sebuah hotel yang biasa ditinggali oleh warga negara China. [ns/jm]