Parlemen Israel diperkirakan akan melakukan voting pada Senin (24/7) mengenai rencana revisi sistem peradilan yang didukung PM Benjamin Netanyahu yang telah memicu protes massal berbulan-bulan.
Netanyahu keluar dari rumah sakit pada Senin (24/7) setelah menjalani pemasangan alat pacu jantung. Ia mengatakan berencana menghadiri pemungutan suara.
Perubahan yang diusulkan dalam legislasi itu mencakup pembatasan kewenangan Mahkamah Agung untuk menantang keputusan parlemen dan mengubah cara para hakim dipilih .
BACA JUGA: Netanyahu Gerah pada Gelombang Unjuk Rasa Anti Perombakan Sistem Peradilan IsraelNetanyahu dan sekutu-sekutunya telah mengatakan bahwa revisi itu diperlukan untuk membatasi kewenangan para hakim yang tidak dipilih, sedangkan para penentang mengatakan legislasi itu akan merusak sistem pengawasan dan keseimbangan di antara cabang-cabang pemerintah dan mendorong negara itu ke arah pemerintahan otoriter.
Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden meminta Israel agar tidak terburu-buru memberlakukan revisi mengingat adanya tentangan itu.
“Dari perspektif sahabat-sahabat Israel di AS, tampaknya proposal perombakan sistem peradilan yang sekarang ini menjadi semakin memecah belah, bukan menguranginya,” kata Biden dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada beberapa organisasi berita. “Mengingat berbagai ancaman dan tantangan yang dihadapi Israel saat ini, tidak masuk agal bagi para pemimpin Israel untuk terburu-terburu – fokusnya seharusnya adalah mempersatukan orang-orang dan menemukan konsensus.” [uh/ab]