Parlemen Pakistan memilih perdana menteri baru, Senin (11/4), sepekan setelah gejolak politik yang berakhir dengan tersingkirnya Imran Khan sebagai pemimpin pemerintahan.
Pesaing utamanya adalah Shehbaz Sharif, anggota parlemen oposisi dan saudara dari mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif. Para pengamat menilai, kemungkinan keterpilihan Sharif tidak akan menjamin terciptanya situasi politik yang lebih jelas atau memecahkan banyak masalah ekonomi Pakistan, termasuk inflasi yang tinggi dan krisis energi.
Khan, mantan bintang kriket yang ideologi Islam konservatifnya mewarnai tiga tahun delapan bulan masa jabatannya, digulingkan Minggu pagi setelah kalah dalam mosi tidak percaya di Parlemen. Setelah ditinggalkan oleh sekutu-sekutu partainya dan mitra koalisi kuncinya, Khan tersingkir dengan 174 suara, dua suara lebih banyak dari mayoritas sederhana yang dibutuhkan di Majelis Nasional yang beranggotakan 342 orang.
BACA JUGA: Imran Khan Dicopot, Shehbaz Sharif Siap Jadi Perdana Menteri PakistanOposisi telah memilih Shehbaz Sharif sebagai calon perdana menteri, dan mengklaim memiliki suara yang cukup untuk mendukungnya.
Partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf atau Partai Keadilan Pakistan, mengajukan mantan menteri luar negeri dan politisi berpengalaman Shah Mahmood Qureshi sebagai kandidatnya. Tetapi Qureshi pada hari Minggu memperkeruh suasana dengan mengatakan bahwa banyak anggota parlemen di partai Khan sedang mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari Parlemen setelah pemilihan perdana menteri pada Senin.
BACA JUGA: Parlemen Pakistan Copot Perdana Menteri KhanKhan mengumpulkan ratusan ribu pendukungnya Minggu malam untuk memprotes penggulingannya, dan menggambarkan pemerintah berikutnya sebagai “pemerintah yang dipaksakan”. Di kota-kota di berbagai penjuru Pakistan, para pendukung Khan berpawai, mengibarkan bendera partai besar dan bersumpah mendukung. Para pemuda, yang menjadi tulang punggung pendukung Khan, mendominasi kerumunan. Beberapa menangis, yang lain meneriakkan slogan-slogan yang menjanjikan kembalinya Khan.
Khan juga menuntut pemilu dini, meskipun pemungutan suara tidak akan dilakukan sebelum Agustus 2023. Ia memanfaatkan sentimen anti-Amerika di Pakistan, dan menuduh Washington berkonspirasi dengan lawan-lawannya untuk menggulingkannya. Teori konspirasinya bergema dengan basis pendukungnya yang masih muda, yang sering menganggap perang Washington pasca 9/11 melawan teror sebagai penargetan yang tidak adil terhadap Pakistan. [ab/lt]