Parlemen Turki pada Selasa (26/12) sore akan memulai kembali perdebatan mengenai persetujuan terhadap permohonan Swedia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Alliance Treaty Organization/NATO) Permohonan Swedia itu menjadi isu pelik yang semakin rumit setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menghubungkannya dengan permintaan Ankara untuk membeli jet tempur F-16 dari sekutunya, Amerika Serikat (AS).
Swedia dan Finlandia menghentikan sikap non-blok selama puluhan tahun dan berusaha bergabung dengan organisasi pertahanan pimpinan AS itu setelah Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu.
Keinginan mereka mendapat persetujuan jalur cepat dari semua anggota NATO kecuali Turki dan Hongaria. Keduanya akhirnya mengalah dan Finlandia diterima sebagai anggota NATO ke-31 pada April.
Turki dan Hongaria tetap menjadi satu-satunya anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara yang belum meratifikasi aplikasi Swedia 19 bulan setelah Swedia mengajukan keanggotaan.
Pada November, komisi urusan luar negeri parlemen Turki gagal mencapai kesepakatan mengenai rancangan undang-undang untuk pemungutan suara penuh dan akan bertemu lagi pada Selasa sore.
Erdogan pada Juli mencabut keberatannya atas keanggotaan Swedia di NATO setelah Stockholm menindak kelompok Kurdi yang dianggap Ankara sebagai teroris.
"Kami melihat ada perubahan kebijakan di Swedia. Kami melihat beberapa keputusan diambil di pengadilan, meski hanya sedikit," kata Fuat Oktay, anggota parlemen dari partai AKP yang berkuasa di bawah kepemimpinan Erdogan dan ketua komisi urusan luar negeri parlemen dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Senin (25/12).
“Kami memiliki beberapa permintaan untuk mengambil langkah lebih lanjut,” tambahnya.
Setelah disetujui oleh komisi itu, akan ada pemungutan suara di parlemen, di mana aliansi berkuasa Erdogan memiliki suara mayoritas.
Sekutu-sekutu NATO telah memberikan tekanan terhadap Turki. Prancis mengatakan kredibilitas aliansi tersebut “dipertaruhkan”. [ab/ka]