Partai mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Rabu (18/1), membubarkan majelis sebuah provinsi di barat laut negara itu, di mana partai itu memegang kursi mayoritas.
Saingannya, partai Liga Muslim Pakistan yang berkuasa, mengkritik langkah itu, dan mengatakan bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk memperdalam krisis politik dan memaksa dilangsungkannya pemilihan parlemen lebih awal.
Sebagai pemimpin oposisi, Khan telah berkampanye untuk pemilihan awal dan mengklaim tanpa memberikan bukti, bahwa pemecatannya April lalu melalui mosi tidak percaya di parlemen adalah ilegal.
Ia juga menuduh penggantinya, Perdana Menteri Shahbaz Sharif, militer Pakistan dan Amerika Serikat mengatur pemecatannya. Sharif, para pejabat militer, dan Washington membantah tuduhan itu.
Khan mengandalkan popularitasnya dan dukungan akar rumput yang luas untuk memaksa diselenggarkannya pemilihan dini, dan sejak pemecatannya mengadakan aksi unjuk rasa di berbagai penjuru negara itu, menyerukan pemungutan suara.
Sharif dan Liga Muslim Pakistan telah berulang kali menolak tuntutan tersebut, dengan mengatakan pemilihan akan dilangsungkan sesuai jadwal, nanti pada tahun ini, setelah parlemen saat ini menyelesaikan masa jabatan lima tahunnya.
Pada hari Rabu, Ghulam Ali, gubernur provinsi di barat laut provinsi Khyber Pakhtunkhwa, membubarkan majelis lokal di sana, hanya beberapa hari setelah sekutu Khan lainnya, anggota parlemen provinsi Pervez Elahi membubarkan majelis di Punjab, provinsi terpadat di negara itu, di Pakistan timur.
Partai Tehreek-e-Insaf pimpinam Khan berkuasa di kedua provinsi itu. Pembubaran majelis-majelis tersebut akan menyebabkan pemilihan cepat di Khyber Pakhtunkhwa dan Punjab dan dapat menyebabkan partai tersebut terpilih kembali di kedua provinsi itu, tetapi kemungkinan tidak akan mempengaruhi perubahan apa pun di tingkat nasional.
Pemerintahan Sharif berpendapat bahwa taktik Khan yang berusia 70 tahun merusak perekonomian negara. Pakistan saat ini berusaha bangkit setelah didera banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menghancurkan negara itu musim panas lalu dan yang menurut para ahli diperburuk oleh perubahan iklim. [ab/lt]