Pasar Saham Asia Raup Keuntungan Tahun 2010

  • Ron Corben
    Wita Sholhead

Para pegawai Bursa Saham Korea menyambut gembira kenaikan tertinggi indeks saham KOSPI pada penutupan pasar saham, 30 Desember 2010.

Banyak pasar saham Asia meraup keuntungan tahun 2010, didorong oleh pemulihan ekonomi dan naiknya harga komoditi.

Pasar saham Asia umumnya mengakhiri tahun 2010 dengan meraup keuntungan, walaupun beberapa pasar saham harus berjuang keras sepanjang tahun 2010.

Indeks saham Thailand dan Indonesia naik lebih dari 45 persen tahun 2010. Indeks KOSPI Korea Selatan naik lebih dari 20 persen meskipun terjadi ketegangan di Semenanjung Korea.

Tetapi di Tiongkok, upaya pemerintah untuk memperlamban pertumbuhan ekonomi mengakibatkan turunnya indeks Shanghai sebesar 15 persen. Nikkei 225 Jepang turun 3 persen.

Secara keseluruhan, indeks saham MSCI Asia Pasifik naik 15 persen tahun 2010.

Beberapa bank investasi dunia, seperti HSBC dan Morgan Stanley, memperkirakan kebanyakan pasar saham di negara-negara berkembang Asia akan terus naik tahun 2011. Banyak bank memperkirakan indeks rata-rata saham di kawasan ini naik sekitar 20 persen.

Seorang konsumen sedang melihat-lihat produk komputer di toko Lenovo di Beijing. Perekonomian Asia diperkirakan tetap tumbuh pesat di tahun 2011, tapi tidak akan seperti tahun lalu.

Di Thailand, harga saham naik meskipun terjadi demonstrasi anti-pemerintah yang menewaskan lebih dari 90 orang pada paruh pertama tahun 2010. Anusorn Buranakanonda, seorang fund manager di Bangkok, mengatakan, iklim politik yang lebih stabil tahun 2011 akan menyokong pasar Thailand.

Tapi tak pelak, ada kekhawatiran mengenai pasar saham Asia tahun ini. Para analis pasar mengatakan pasar saham Asia mungkin mengalami kemunduran akibat inflasi dan naiknya tingkat suku bunga.

Sementara walaupun perekonomian Asia diperkirakan tumbuh pesat dalam tahun 2011, pertumbuhan ini tidak akan setinggi tahun lalu.

Komisi Sosial dan Ekonomi PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) memperkirakan pertumbuhan kawasan ini akan turun menjadi tujuh persen tahun 2011 dari 8,3 persen tahun 2010.

Nagesh Kumar, ekonom dan direktur di UNESCAP, mengatakan pertumbuhan yang lebih rendah itu menunjukkan turunnya permintaan eskpor ke Eropa dan Amerika. Kumar mengatakan kawasan ini mencermati kebijakan moneter Bank Sentral Amerika yang longgar yang dimaksudkan untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi.

Ia mengatakan, "Kebijakan ini, yang pada dasarnya adalah mencetak lebih banyak uang dolar, menimbulkan kesulitan di kawasan-kawasan lain di mana pertumbuhan ekonomi tinggi. Jadi, kebijakan itu akan mempengaruhi kawasan Asia-Pasifik dan akan menyebabkan kondisi seperti inflasi, melambungnya harga aset, dan apresiasi nilai tukar mata uang."

Bank-bank sentral berusaha menghindari inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga. Gerakan ini mungkin dapat mendorong para investor mengalihkan uang dari saham ke obligasi ketika suku bunga naik.

Harga komoditi juga naik, menambah kekhawatiran terjadinya inflasi, khususnya di negara-negara industri baru Asia.

Emas naik 28 persen tahun lalu, pada hari Jumat diperdagangkan pada 1,407 dolar per ons, sementara perak terus mencapai kenaikan selama 30 tahun terakhir.