Turki mulai membangungkembali rumah-rumah yang hancur akibat guncangan gempa bumi berkekuatan 7,8 magnitudo, kata seorang pejabat pemerintah pada Jumat (24/2). Gempa yang meluluhlantakkan Turki dan sebagian Suriah itu telah menelan korban yang melampaui 50.000.
Lebih dari 160.000 bangunan berisi 520.000 unit apartemen runtuh atau rusak parah akibat gempa bumi pada 6 Februari.
Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (Disaster and Emergency Management Authority/AFAD) mengumumkan jumlah korban tewas di Turki akibat gempa bumi naik menjadi 44.218 pada Jumat (24/2) malam.
Seorang pria berjalan melewati reruntuhan bangunan dan puing-puing, pasca gempa mematikan, di Antakya, Provinsi Hatay, Turki, 21 Februari 2023. (Foto: REUTERS/Clodagh Kilcoyne)
Ditambah dengan jumlah korban tewas di Suriah yang mencapai 5.914, total korban tewas dari kedua negara menanjak di atas 50.000 orang.
Presiden Tayyip Erdogan, yang akan maju dalam pemilihan presiden beberapa bulan mendatang, berjanji untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dalam waktu satu tahun. Namun para ahli mengatakan pihak berwenang harus mengutamakan keselamatan dibandingkan kecepatan pembangunan. Beberapa bangunan yang seharusnya bisa menahan getaran gempa, hancur akibat gempa bumi baru-baru ini.
"Untuk beberapa proyek, tender dan kontrak telah dilakukan. Prosesnya berjalan sangat cepat," kata pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama. Ia menambahkan tidak akan ada kompromi terkait keselamatan bangunan.
BACA JUGA: Turki Kejar Kontraktor yang Dinilai Tanggung Jawab dalam Ambruknya Gedung Saat Gempa
Setengah Juta Rumah Baru
Pemerintahan Erdogan sedang diterpa gelombang kritik atas tanggapannya terhadap bangunan yang luluh lantak. Warga Turki mengatakan hal itu sebagai akibat dari tidak adanya kontrol kualitas konstruksi selama ini.
Pemerintah Turki berencana membangun 200.000 apartemen dan 70.000 rumah desa pada tahap awal dengan biaya setidaknya $15 miliar, katanya. Bank Amerika Serikat, JPMorgan, memperkirakan pembangunan kembali rumah dan infrastruktur akan menelan biaya $25 miliar atau sekitar Rp382 triliun.
Badan pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNDP, memperkirakan 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal akibat kerusakan yang ditimbulkan gempa, dan dibutuhkan setidaknya 500.000 rumah baru.
Tim penyelamat membawa seseorang dari bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di Malatya, Turki, 6 Februari 2023. (Foto: Ihlas News Agency (IHA) via REUTERS)
UNDP telah meminta $113,5 juta dari dana $1 miliar yang diajukan PBB pada minggu lalu. Dana tersebut akan difokuskan pada pembersihan tumpukan puing.
UNDP memperkirakan bahwa bencana tersebut menghasilkan antara 116 juta hingga 210 juta ton puing, jauh lebih besar dibandingkan dengan 13 juta ton puing setelah gempa bumi di barat laut Turki pada 1999.
Turki juga mengeluarkan peraturan baru di mana perusahaan dan badan amal dapat membangun rumah dan tempat kerja untuk disumbangkan ke kementerian urbanisasi bagi orang yang membutuhkan. [ah/ft]