Semakin terbongkar bahwa perusahaan swasta Israel, NSO Group, menjual Pegasus kepada pemerintahan di seluruh dunia. Sebagian pembeli piranti lunak peretas tersebut menggunakannya untuk menarget jurnalis dan aktivis hak asasi, bahkan para pemimpin pemerintahan, termasuk Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Macron telah meminta dilakukannya penyelidikan, dan Israel mengatakan pihaknya menunjuk satuan tugas untuk menyelidiki.
NSO mengatakan spyware dimaksudkan membantu menangkap penjahat dan teroris. Namun hasil penyelidikan internasional yang dimulai oleh Forbidden Stories, organisasi nirlaba jurnalisme yang berbasis di Paris, dan Amnesty International, organisasi HAM yang berbasis di Inggris, terhadap apa yang dikenal sebagai Proyek Pegasus, itu mendapati bahwa spyware telah digunakan secara luas oleh kelompok 10 negara untuk menarget jurnalis dan aktivis, meretas ponsel mereka, dan bahkan membajak kendali kamera ponsel mereka
BACA JUGA: Presiden Perancis Adakan Pertemuan Keamanan Nasional untuk Bahas Pegasus“Arab Saudi, Azerbaijan, Meksiko, Maroko, negara-negara itu dikenal bagaimana mereka bersikap terhadap jurnalis, terhadap pembela hak asasi. Pemerintahan negara-negara itu melacak mereka," kata Laurent Richard dari Forbidden Stories kepada VOA.
"Di Meksiko, kami mendapati nomor telepon seorang jurnalis muncul dalam daftar itu dan dua bulan kemudian dia dibunuh. Kami juga mempunyai bukti bahwa tunangan Jamal Khashoggi diawasi oleh piranti lunak itu setelah pembunuhan Jamal Khashoggi," tambahnya.
Salah seorang wartawan di Rwanda yang menjadi sasaran mata-mata itu bekerja untuk VOA. Seorang jurnalis yang ditarget Azerbaijan, Sevinc Vaqifqizi, mengatakan kepada VOA bahwa privasinya hancur.
Your browser doesn’t support HTML5
“Mulai sekarang, kalian tahu bahwa di mana pun kalian berada, ada yang mengikuti kalian, mengawasi, melihat kalian, merekam percakapan kalian, mengarahkan kalian untuk pergi ke mana. Ke mana pun kalian pergi atau melakukan apapun, kalian berada di bawah kendali seseorang, dan mereka dapat melihat dan merekam apapun yang kalian lakukan, apakah sedang tidur, berdiri, berada di dapur, atau bahkan pergi ke kamar mandi.”
Seorang aktivis dan blogger Azerbaijan, Bakhtiyar Hajiyev, dipenjara dan dipukuli di negara asalnya tersebut dengan tuduhan menghindari dinas militer. Penyelidikan Pegasus mengukuhkan bahwa nomor teleponnya ada dalam daftar target. Kepada VOA, Rabu (21/7), ia mengatakan bahwa ia terus-menerus diancam.
“Tidak ada satu hari atau minggu pun yang berlalu tanpa ancaman. Ancaman-ancaman itu muncul dalam berbagai bentuk, serangan siber, pemerasan atau kampanye kotor. Bahkan hari ini, beberapa menit sebelum wawancara ini, lembaga penegak hukum memberitahu dan memperingatkan saya bahwa jika saya tidak berhenti mengkritik pemerintah Azerbaijan, mereka akan mulai melakukan kampanye kotor yang baru terhadap saya untuk merusak dan menghancurkan reputasi saya," papar Bakhtiyar Hajiyev.
Dalam pernyataan Rabu (21/7), USAGM, Badan Media Global Amerika mengatakan, mereka marah atas laporan bahwa lebih dari 180 jurnalis - termasuk dari Voice of America dan Radio Free Europe/Radio Liberty tampaknya telah menjadi sasaran piranti canggih spyware. Penjabat CEO USAGM Kelu Chao mengatakan, “Menarget percakapan pribadi wartawan dengan cara apa pun adalah tidak masuk akal.” [ka/jm]