Di Balai Kota New York hari Selasa, Walikota Michael Bloomberg bersama para korban selamat dan anggota keluarga korban kekerasan senjata menuntut pemerintah federal mengambil tindakan untuk mencegah terulangnya tragedi penembakan di Newtown.
NEW YORK —
Tigapuluh empat warga dari banyak negara bagian Amerika bergabung dengan Walikota Bloomberg menampilkan video kampanye yang menuntut pemerintah Amerika mengatasi kekerasan terkait senjata. Jumpa pers di balai kota New York itu berlangsung menyusul tragedi pembantaian massal 20 anak-anak dan enam guru di Newtown, Connecticut, Jumat lalu.
Walikota Bloomberg, salah satu ketua organisasi Walikota Penentang Senjata Ilegal, menantang presiden dan Kongres agar membuat UU baru untuk mengawasi senjata.
“Tadi malam presiden mengatakan ia akan menggunakan wewenangnya untuk mengatasi kekerasan semacam ini. Saya pikir sangat penting ia melakukannya. Kata-kata saja tidak bisa memulihkan bangsa ini. Hanya tindakan yang bisa. Kekerasan akibat senjata adalah wabah nasional dan tragedi nasional yang membutuhkan lebih dari kata-kata. Kita adalah satu-satunya negara maju yang punya masalah ini,”kata Bloomberg.
Walikota itu menambahkan jika momen ini berlalu tanpa tindakan dari Washington, maka akan menjadi cacat dalam komitmen kita untuk mengamankan senjata. Ke-34 warga yang keluarganya terkena kekerasan senjata ikut menambah pesan walikota.
Chris Foye kehilangan putranya yang berusia 13 tahun yang tewas tertembak di jalanan kota New York. “Ia tadinya punya masa depan. Insiden itu menghancurkan saya dan keluarga saya. Itu adalah rasa sakit terparah yang dapat diderita orang tua,” kata Foye.
Putri Lori Haas ditembak dan terluka dalam penembakan di kampus Virginia Tech tahun 2007. “Saya membaca di surat kabar beberapa hari lalu bahwa kita sudah kehilangan lebih dari 2.000 tentara di Afghanistan dan betapa mengerikan hal itu. Tetapi dalam periode delapan tahun yang sama, kita telah kehilangan nyawa 96.000 orang Amerika akibat kekerasan senjata di negara ini. Ada sesuatu yang sangat keliru,” kata Lori.
Belum ada komentar resmi dari Asosiasi Senapan Nasional (National Rifle Association, NRA), sebuah kelompok lobi pro-senjata yang sangat berpengaruh. Namun sejumlah penjual senjata ikut berkomentar. Salah satunya, Earl Curtis, menyebut ini sebagai masalah kesehatan mental.
“Tiga dari empat insiden terakhir dilakukan laki-laki, berusia 15 hingga 25 tahun. Semua insiden yang terjadi dilakukan orang dalam rentang usia itu. Apa penyebabnya?,” kata Curtis.
Yang menjadi pertanyaan utama saat ini adalah apakah tragedi di Newtown akhirnya akan mendorong peraturan pengawasan senjata menjadi lebih ketat?
Walikota Bloomberg, salah satu ketua organisasi Walikota Penentang Senjata Ilegal, menantang presiden dan Kongres agar membuat UU baru untuk mengawasi senjata.
“Tadi malam presiden mengatakan ia akan menggunakan wewenangnya untuk mengatasi kekerasan semacam ini. Saya pikir sangat penting ia melakukannya. Kata-kata saja tidak bisa memulihkan bangsa ini. Hanya tindakan yang bisa. Kekerasan akibat senjata adalah wabah nasional dan tragedi nasional yang membutuhkan lebih dari kata-kata. Kita adalah satu-satunya negara maju yang punya masalah ini,”kata Bloomberg.
Walikota itu menambahkan jika momen ini berlalu tanpa tindakan dari Washington, maka akan menjadi cacat dalam komitmen kita untuk mengamankan senjata. Ke-34 warga yang keluarganya terkena kekerasan senjata ikut menambah pesan walikota.
Chris Foye kehilangan putranya yang berusia 13 tahun yang tewas tertembak di jalanan kota New York. “Ia tadinya punya masa depan. Insiden itu menghancurkan saya dan keluarga saya. Itu adalah rasa sakit terparah yang dapat diderita orang tua,” kata Foye.
Putri Lori Haas ditembak dan terluka dalam penembakan di kampus Virginia Tech tahun 2007. “Saya membaca di surat kabar beberapa hari lalu bahwa kita sudah kehilangan lebih dari 2.000 tentara di Afghanistan dan betapa mengerikan hal itu. Tetapi dalam periode delapan tahun yang sama, kita telah kehilangan nyawa 96.000 orang Amerika akibat kekerasan senjata di negara ini. Ada sesuatu yang sangat keliru,” kata Lori.
Belum ada komentar resmi dari Asosiasi Senapan Nasional (National Rifle Association, NRA), sebuah kelompok lobi pro-senjata yang sangat berpengaruh. Namun sejumlah penjual senjata ikut berkomentar. Salah satunya, Earl Curtis, menyebut ini sebagai masalah kesehatan mental.
“Tiga dari empat insiden terakhir dilakukan laki-laki, berusia 15 hingga 25 tahun. Semua insiden yang terjadi dilakukan orang dalam rentang usia itu. Apa penyebabnya?,” kata Curtis.
Yang menjadi pertanyaan utama saat ini adalah apakah tragedi di Newtown akhirnya akan mendorong peraturan pengawasan senjata menjadi lebih ketat?