Pasukan Israel Mulai Menarik Diri dari Jenin, Jumlah Korban Capai 12 Orang

Bom yang dilempar oleh seorang warga Palestina meledak di dekat kendaraan militer Israel dalam penyerbuan militer di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, pada 4 Juli 2023. (Foto: AP/Majdi Mohammed)

Pasukan Israel, pada Selasa (4/7), mulai menarik diri dari kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat setelah melancarkan lebih banyak penggeledahan untuk mencari anggota kelompok-kelompok bersenjata Palestina, sementara jumlah korban tewas sejak serangan yang dimulai pada Senin (3/7) telah bertambah menjadi 12 orang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan “pada saat ini kami sedang menyelesaikan misi ini. (Tetapi) saya dapat mengatakan bahwa operasi sangat luas di Jenin ini bukan hanya satu kali.” Ia berbicara dari salah satu pos pemeriksaan militer di dekat Jenin.

Seorang pejabat keamanan mengatakan kepada Associated Press, terus berlanjutnya pertempuran di dekat sebuah rumah sakit telah memperumit upaya penarikan pasukan.

BACA JUGA: Kemlu RI: Serangan Israel Tidak Bisa Dibiarkan

Serangan Balasan di Tel Aviv, 8 Warga Israel Luka-luka

Sementara itu pihak berwenang Israel mengatakan delapan warga Israel mengalami luka-luka dalam serangan mobil dan penikaman di Tel Aviv. Serangan tersebut meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya lebih banyak aksi kekerasan sebagai pembalasan terhadap serangan militer Israel di kamp pengungsi Jenin, di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Militer Israel mengatakan telah menahan 120 tersangka laki-laki bersenjata dan menyita senjata api serta bahan peledak di Jenin.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 12 orang tewas dan 100 lainnya mengalami luka-luka. Tetapi identitas mereka yang tewas belum jelas, karena Israel mengatakan semua yang tewas adalah kombatan. Sementara kelompok-kelompok militan mengklaim hanya lima korban tewas yang merupakan anggota kelompok mereka.

Organisasi Bulan Sabit Palestina mengatakan sejak terjadinya serangan Israel pada Senin lalu, mereka telah mengevakuasi sekitar 3.000 orang dari 17.000 penduduk di kamp pengungsi itu. Sebagian warga Jenin mengungsi ke tempat-tempat penampungan di sekolah-sekolah dan gedung pemerintah lainnya. Tidak sedikit yang bersembunyi di rumah mereka sendiri dan menghindari keluar rumah agar tidak terjebak dalam konflik antara tentara Israel dan Palestina.

Operasi militer Israel di Jenin, yang disebut sebagai “operasi kontra-terorisme,” mencakup serangan pesawat nirawak, juga pengerahan puluhan buldoser dan ratusan tentara.

Kecaman Dunia Tak Surutkan Serangan Israel ke Jenin

Palestina, Yordania, Mesir dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara telah mengutuk kekerasan itu.

Juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh mengatakan “rakyat Palestina tidak akan berlutut, menyerah, atau mengibarkan bendera putih tanda kekalahan. Rakyat Palestina akan tetap berdiri teguh di tanah mereka menghadapi agresi yang brutal ini.”

Di Washington, Departemen Luar Negeri Amerika serikat, pada Senin (3/7), mengatakan memantau dengan seksama konflik itu, dan “merupakan hal penting untuk mengambil seluruh tindakan pencegahan untuk menghindari jatuhnya korban sipil.” Pihak departemen menambahkan bahwa pertempuran itu menggarisbawahi perlunya pasukan keamanan Israel dan Palestina bekerja sama untuk memulihkan perdamaian.

BACA JUGA: Israel Serang Kamp Pengungsi Jenin, Sedikitnya 8 Warga Palestina Tewas

Serangan pasukan Israel ke Jenin itu berlangsung ketika pemerintah sayap kanan, yang berkuasa sejak Desember 2022 lalu, menghadapi tekanan yang semakin memuncak untuk mengambil tindakan terhadap serangkaian serangan terhadap warga Israel yang terjadi di kawasan itu. Salah satu serangan pada bulan Juni lalu menewaskan empat warga Israel.

Jenin telah menjadi pusat aksi kekerasan antara Israel dan Palestina sejak musim semi tahun 2022.

Koordinator Kemanusiaan PBB di Palestina Lynn Hastings mencuit di Twitter, bahwa ia “menyadari skala operasi pasukan Israel.” PBB, ujarnya, telah memobilisasi bantuan kemanusiaan.

Dewan Keamanan PBB bulan lalu mendesak agar kedua pihak sama-sama menahan diri “dari tindakan unilateral yang dapat semakin mengobarkan ketegangan.” [em/jm]

Sebagian informasi dalam artikel ini diambil dari the Associated Press, AFP, dan Reuters