Pejabat-pejabat Perancis mengatakan pasukan Mali yang didukung Perancis telah merebut kembali kota strategis Gao, kubu militan Islamis di utara negara itu.
Kementerian pertahanan Perancis hari Sabtu (26/1) mengatakan, kontingen pasukan Nigeria dan Chad masuk ke Gao untuk ikut menjaga stabilitas. Kementerian itu juga mengatakan walikota Gao, yang mengungsi ke ibukota, Bamako, telah kembali. Koresponden VOA Idrissa Fall, yang berada di Mali, mengatakan campur tangan militer di Gao signifikan karena kota itu telah menjadi sarang kelompok-kelompok pemberontak.
Sabtu pagi, pasukan Perancis dan Mali kembali merebut Bandara Gao dan jembatan di dekatnya. Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pasukan Perancis melancarkan serangan udara dan darat untuk menutup jalur logistik dan transportasi militan. Perancis memulai serangan militer di Mali awal bulan ini, setelah pemberontak yang tahun lalu menguasai sebagian besar wilayah utara negara itu, mulai mendesak maju menuju ibukota, Bamako.
Pemberontak telah memberlakukan bentuk hukum Islam yang ketat terhadap warga sipil. Ratusan tentara dari negara-negara Afrika Barat mulai berdatangan ke Mali untuk membantu campur-tangan itu.
Dalam perkembangan lain hari Sabtu, wartawan mendatangi pusat kota Konna yang dibebaskan dari pemberontak awal bulan ini. Sejumlah penduduk mengatakan campur-tangan pimpinan Perancis itu menimbulkan korban warga sipil. Hari Jumat, pasukan Mali yang didukung Perancis memerangi pemberontak di Hombori, kota yang terletak sekitar 250 kilometer dari Gao. Selain itu, pejabat-pejabat setempat mengatakan militan membom sebuah jembatan strategis dekat perbatasan dengan Niger.
Sementara serangan militer berlanjut di Mali, menteri-menteri pertahanan dari blok regional Afrika Barat, yang dikenal sebagai ECOWAS, mengadakan pertemuan darurat di Pantai Gading untuk membahas kerusuhan Mali.
Sabtu pagi, pasukan Perancis dan Mali kembali merebut Bandara Gao dan jembatan di dekatnya. Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pasukan Perancis melancarkan serangan udara dan darat untuk menutup jalur logistik dan transportasi militan. Perancis memulai serangan militer di Mali awal bulan ini, setelah pemberontak yang tahun lalu menguasai sebagian besar wilayah utara negara itu, mulai mendesak maju menuju ibukota, Bamako.
Pemberontak telah memberlakukan bentuk hukum Islam yang ketat terhadap warga sipil. Ratusan tentara dari negara-negara Afrika Barat mulai berdatangan ke Mali untuk membantu campur-tangan itu.
Dalam perkembangan lain hari Sabtu, wartawan mendatangi pusat kota Konna yang dibebaskan dari pemberontak awal bulan ini. Sejumlah penduduk mengatakan campur-tangan pimpinan Perancis itu menimbulkan korban warga sipil. Hari Jumat, pasukan Mali yang didukung Perancis memerangi pemberontak di Hombori, kota yang terletak sekitar 250 kilometer dari Gao. Selain itu, pejabat-pejabat setempat mengatakan militan membom sebuah jembatan strategis dekat perbatasan dengan Niger.
Sementara serangan militer berlanjut di Mali, menteri-menteri pertahanan dari blok regional Afrika Barat, yang dikenal sebagai ECOWAS, mengadakan pertemuan darurat di Pantai Gading untuk membahas kerusuhan Mali.