Pasukan Rusia Ambil ‘Kontrol’ Bagian Kota Utama di Ukraina

Tank pasukan pro-Rusia melaju di sepanjang jalan selama konflik Ukraina-Rusia di kota Popasna di Wilayah Luhansk, Ukraina 26 Mei 2022. (Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko)

Pasukan Rusia telah menguasai sebagian kota industri utama di Ukraina timur, kata seorang gubernur regional Selasa (31/5), beberapa jam setelah para pemimpin Uni Eropa mencapai kesepakatan untuk melarang lebih dari dua per tiga impor minyak Moskow.

Severodonetsk adalah salah satu dari beberapa pusat perkotaan yang terletak di jalur Rusia untuk merebut wilayah Lugansk Donbas, di mana Moskow telah mengalihkan sebagian besar daya tembaknya sejak gagal merebut Kyiv pada tahap awal perang.

“Situasinya sangat rumit. Bagian dari Severodonetsk dikendalikan oleh Rusia,” kata gubernur regional Lugansk Sergiy Gaiday dalam sebuah pernyataan di media sosial. Dia menambahkan bahwa pasukan Ukraina masih mempertahankan beberapa daerah.

Sebuah ledakan di kota Severodonetsk selama pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dan Rusia di wilayah Ukraina timur Donbas pada 30 Mei 2022. (Foto: AFP)

Ketika pasukan Rusia mendekat ke pusat kota Severodonetsk, para pejabat Uni Eropa di Brussel memperketat keran ekonomi di Moskow.

Kompromi yang dicapai pada Senin (30/5) malam, yang dimaksudkan untuk menghukum Rusia atas invasinya tiga bulan lalu, memangkas “sumber pembiayaan yang sangat besar untuk mesin perangnya,” cuit kepala Dewan Eropa Charles Michel.

“Tekanan maksimum pada Rusia untuk mengakhiri perang,” tambahnya.

Beberapa jam sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut embargo minyak itu sebagai “titik kunci” untuk paket sanksi apa pun.

BACA JUGA: Presiden Ukraina Cari Bantuan Lebih Banyak dari Eropa

“Saya percaya bahwa Eropa harus menyerahkan minyak dan produk minyak Rusia karena ini menyangkut kemerdekaan orang Eropa sendiri dari energi Rusia (yang dijadikan senjata),” katanya dalam pidato hariannya kepada rakyat Ukraina.

Sementara itu, Belanda pada Selasa menjadi negara Eropa terbaru yang pengiriman gasnya dari Rusia dihentikan setelah menolak membayar dalam rubel. Moskow mengajukan permintaan itu kepada “negara-negara yang tidak bersahabat” dalam upaya untuk menghindari sanksi Barat yang melumpuhkan.

“Gazprom telah sepenuhnya menghentikan pasokan gas ke (Perusahaan Energi Belanda) GasTerra karena tidak membayar dalam rubel,” kata raksasa gas Rusia itu dalam sebuah pernyataan pagi.

BACA JUGA: Uni Eropa Sepakat Larang 90 Persen Impor Minyak Rusia

Sementara Uni Eropa mengumumkan sanksi barunya terhadap Moskow, Washington mengambil sikap berhati-hati mengenai persenjataan untuk Ukraina.

Ukraina telah menerima bantuan militer Amerika yang besar, sementara Kongres AS menyetujui pemberian paket bantuan lagi senilai $40 miliar pada bulan Mei.

Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan dia tidak akan mengirim sistem roket jarak jauh yang dapat menghantam wilayah Rusia, meskipun ada permintaan mendesak dari Kyiv akan senjata itu.

Ilustrasi pipa gas alam dengan latar belakang logo perusahaan migas Rusia, Gazprom, 31 Januari 2022. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

“Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang dapat menyerang Rusia,” kata Biden kepada para wartawan di Washington.

Komentar itu disampaikan ketika duta besar baru AS untuk Ukraina Bridget Brink – yang mengisi posisi yang kosong sejak 2019 – dan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna keduanya tiba di Kyiv.

Prancis akan “terus memperkuat pengiriman senjata,” kata Colonna pada konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba. [lt/uh]