Pejabat pemerintah Suriah tiba di Qashmili dari Damaskus hari Jumat (22/4) untuk mengusahakan gencatan senjata antara pasukan Kurdi dan milisi Arab pro Assad setelah bentrokan sengit terjadi pada Kamis.
Pasukan Kurdi-Suriah dan pasukan pemerintah hidup berdampingan namun tidak nyaman di Qashmili, yang oleh warga Kurdi Suriah dianggap sebagai ibukota mereka. Warga Kurdi menikmati kendali sendiri akibat pemerintah Suriah yang terlibat dalam perang saudara yang terjadi di bagian lainnya negara itu.
Pada momen-momen tertentu, rezim di Damaskus dan pihak Kurdi saling membantu atau mengkoordinir di medan perang – khususnya dalam menghadapi kelompok teroris ISIS. Tetapi Februari ini, warga Kurdi memanfaatkan ofensif rezim Assad yang didukung Rusia, dan merebut desa-desa utara dari Aleppo yang sebelumnya dikuasai pemberontak yang didukung Amerika.
Tentara pemerintah Suriah yang menguasai sebagian dari Qashmili, menghindar dari keterlibatan dalam bentrokan Kamis (21/4). Pesawat pemerintah terbang diatas wilayah kota, tetapi tidak melancarkan serangan udara terhadap kedudukan pasukan Kurdi.
Pertempuran sejauh ini melibatkan Asayish, polisi keamanan Kurdi, melawan Pasukan Pertahanan Nasional, sebuah milisi yang dilatih Iran dan terdiri dari suku Arab yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad.
Bentrokan bersenjata memaksa ratusan warga Kurdi mengungsi dan pergi ke desa-desa di sekelilingnya. [jm]