Paus Fransiskus hari Minggu (1/9) menunjuk 13 kardinal baru, yang sebagian besar dikenal sebagai tokoh progresif pada isu-isu sosial. Sepuluh diantara kardinal yang baru ditunjuk itu berusia di bawah 80 tahun dan dinilai berpotensi menjadi penggantinya kelak.
Salah seorang kardinal baru itu berasal dari Indonesia yaitu Mgr Ignatius Suharyo.
Tokoh kelahiran Bantul, Yogyakarta, 9 Juli 1950 yang merupakan putra pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra ini awalnya tidak hendak menjadi pastur. Ia justru ingin menjadi polisi. Ia baru masuk Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1961, dilanjutkan ke Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta. Tahun 1976 Suharyo melanjutkan studi ke Roma, Italia, setelah ditahbiskan menjadi imam diosesan. Ia menekuni studi doktor Teologi Biblis di Universitas Urbaniana.
Setelah menyelesaikan studi, ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang pada tahun 1997 untuk menggantikan Mgr. Julius Darmaatmadja SJ yang pindah ke Keuskupan Agung Jakarta. Selang 13 tahun kemudian, tepatnya pada 29 Juni 2010 ia ditahbiskan menjadi Uskup Agung Jakarta, menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang pensiun.
Juni lalu Mgr. Ignatius Suharyo bersama 35 uskup di wilayah Gereja Katholik se-Indonesia berdialog langsung dengan Paus Fransiskus di Vatikan membahas berbagai hal. Dalam pertemuan yang disebut sebagai “Ad Limina Apostolorum” dan dihadiri oleh sejumlah pimpinan lembaga dalam struktur Takhta Suci Vatikan itu dibahas pula upaya memperkuat hubungan dengan pemimpin dan umat beragama lain.
BACA JUGA: Bertemu di Vatikan, Paus Minta 36 Uskup Indonesia Terapkan Deklarasi Persaudaraan Abu DhabiDiwawancarai VOA melalui telepon sehari setelah pertemuan itu, Mgr. Ignatius Suharyo, yang juga Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia KWI, mengatakan pertemuan dan diskusi berlangsung sangat intensif. “Salah satu yang beliau (Paus.red) tekankan adalah dokumen Abu Dhabi yang ditandatanganinya awal Februari 2019 lalu bersama Imam Besar Al Azhar. Dokumen itu mendapat tanggapan sangat baik juga dari para pemimpin umat Muslim... Kami diminta Paus menggunakan naskah itu untuk menyampaikan pada umat di tataran akar rumput agar dapat diterapkan," ungkapnya.
Menindaklanjuti pertemuan di Vatikan itu, KWI – ujar Suharyo – akan melangsungkan pertemuan khusus di Bandung, awal November nanti.
Namun Mgr. Ignatius Suharyo bersama 12 kardinal lain yang baru ditunjuk tampaknya harus mengikuti upacara pentahbisan terlebih dahulu di Vatikan pada 5 Oktober mendatang.
Kardinal yang Ditunjuk Paus, Dikenal Berpandangan Progresif pada Isu Sosial
Tiga belas tokoh yang ditunjuk Paus ini dikenal memiliki reputasi sebagai sosok progresif pada isu-isu sosial, seperti soal imigrasi dan dialog antar-agama.
Pastur Kanada kelahiran Cekoslovakia, Michael Czerny, dikenal sebagai pakar imigrasi; pilihan yang mencerminkan keberpihakan Paus pada para imigran. Tiga lainnya merefleksikan kedekatan hubungannya dengan Islam, yaitu Uskup Agung Miguel Angel Ayuso Guixot – yang juga mengepalai departemen dialog antar-agama di Vatikan, Uskup Rabat-Maroko Cristobal Lopez Romero dan Uskup Jakarta-Indonesia Mgr. Ignatius Suharyo.
Satu-satunya orang Italia yang dipilih Paus adalah Uskup Agung Bologna Matteo Zuppi, yang berasal dari komunitas Sant’ Egidio, yang dikenal kerap memperjuangkan nasib kaum miskin, migran, tunawisma dan pengungsi di seluruh dunia.
Banyak pihak menyampaikan selamat kepada Mgr. Ignatius Suharyo atas penunjukkan itu, termasuk dari Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko yang lewat Instagram mendoakan agar Suharyo ‘’senantiasa dipenuhi rahmat kebijaksanaan dan sukacita dalam mengemban perutusan penggembalaan sebagai Kardinal.’’
Ucapan selamat juga disampaikan sejumlah gereja dan keuskupan, juga warga masyarakat. [em]