Kepala Urusan Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN OCHA) Martin Griffiths pada Kamis (15/2) memperingatkan adanya kemungkinan spillover (imbas negatif perang) dari perang Israel-Hamas terhadap Mesir jika Israel melancarkan operasi militer di sana, akibat terdesaknya para pengungsi di perbatasan.
“Kemungkinan operasi militer (Israel) di Rafah, ditambah kemungkinan ditutupnya jalur penyeberangan, dan meluasnya dampak spillover, menjadi mimpi buruk bagi Mesir—bisa dikatakan, itu semua ada di depan mata, apalagi bulan Ramadan semakin dekat,” ujar Kepala Koordinator Kemanusiaan PBB Martin Griffiths.
Anggapan bahwa warga Gaza dapat mengungsi ke tempat yang aman adalah sebuah “ilusi”, tambahnya.
Rafah, kota di selatan Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir, adalah tempat terakhir yang relatif aman di wilayah konflik itu. Lebih dari satu juta pengungsi Palestina hidup berdesakan di Rafah. Kebanyakan dari mereka tinggal di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara setelah melarikan diri dari serangan Israel di Gaza.
BACA JUGA: WHO: Rumah Sakit di Gaza “Benar-Benar Kewalahan”Pasukan Pertahanan Israel mengatakan bahwa mereka akan mengusir kelompok militan Islamis dari persembunyiannya di Rafah dan membebaskan para sandera yang ditahan di sana pascaserangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu, namun tidak memberikan rincian tentang bagaimana cara mengevakuasi warga sipil.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang tengah menghadapi besarnya tekanan internasional untuk menunda operasi militer di Rafah, tidak berkomentar soal kapan serangan tersebut akan dilakukan.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (14/2), Netanyahu pun menyiratkan tidak adanya proposal baru untuk menghentikan operasi militer Israel.
“Saya tegaskan agar Hamas membatalkan tuntutan-tuntutan tidak masuk akal mereka; dan jika mereka membatalkannya, kami baru akan bergerak lagi (melanjutkan perundingan),” serunya.
Berbicara di sela-sela pertemuan yang sama dengan Martin Griffiths dan petinggi negara lainnya, Kepala Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Mirjana Spoljaric menyampaikan bahwa tidak adanya rencana evakuasi yang jelas, khususnya bagi orang tua dan yang sakit, akan menimbulkan penderitaan yang lebih parah bagi para pengungsi di Gaza.
BACA JUGA: Hizbullah: Jika Gencatan Senjata di Gaza Tercapai, Pertempuran di Perbatasan Lebanon akan BerhentiPada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yunani Giorgos Gerapetritis untuk membahas rencana operasi militer itu.
“Kami berdialog panjang lebar soal bagaimana Uni Eropa, negara-negara Arab dan masyarakat dunia bisa bekerja sama untuk mencegah invasi (Israel) ke kota Rafah, karena serangan ke kota Rafah akan mengakibatkan pembantaian baru, di mana ribuan orang bisa terbunuh,” ungkapnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Menurut pernyataan dua personel keamanan Mesir, dalam beberapa minggu terakhir, Mesir telah mengirim sekitar 40 tank dan pengangkut personel lapis baja ke timur laut kota Sinai sebagai bagian dari rangkaian operasi untuk meningkatkan keamanan di kota perbatasannya itu dengan Gaza.
Sejak perang antara Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober silam, Mesir membangun tembok perbatasan beton setinggi enam meter dan memasang kawat berduri di atasnya. Negara itu juga telah membangun tanggul dan meningkatkan pengawasan di pos-pos perbatasan mereka. [br/rd]