PBB Persoalkan Pembatasan Ketat Terhadap Perempuan di Afghanistan

  • Associated Press

Seorang perempuan Afghanistan tampak membersihkan sepatu milik pelanggannya di sebuah jalanan di Kabul, Afghanistan, pada 5 Maret 2023. (Foto: AP/Ebrahim Noroozi)

Kepala Kantor PBB untuk Urusan Perempuan di Afghanistan, Alison Davidian, memberikan pengarahan jarak jauh dari Kabul, untuk membahas Profil Gender Afghanistan Tahun 2024, pada Selasa (13/8).

Davidian mengatakan, “Saat ini, tidak ada perempuan di Afghanistan yang memiliki posisi kepemimpinan di mana pun dan memiliki pengaruh politik, baik di tingkat nasional atau provinsi. Ketika perempuan terlibat dalam struktur Taliban, peran mereka sebagian besar adalah memantau kepatuhan perempuan lain terhadap keputusan diskriminatif mereka.”

Dia mengatakan, tiga tahun lalu, seorang perempuan di Afghanistan secara teknis bisa memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Sekarang, perempuan bahkan mungkin tidak bisa memutuskan kapan bisa pergi dan membeli bahan makanan.

BACA JUGA: USCIRF: Kondisi Kebebasan Beragama di Afghanistan ‘Masih Buruk’

“Pembatasan yang dilakukan Taliban terhadap perempuan dan anak perempuan akan berdampak pada generasi mendatang,” kata Davidian.

Dia mengatakan, analisis menunjukkan bahwa pada 2026, dampak putus sekolah 1,1 juta anak perempuan dan 100.000 perempuan, berkorelasi dengan peningkatan angka kelahiran anak dini sebesar 45 persen dan peningkatan angka kematian ibu hingga 50 persen.

“Dunia menyaksikan apa yang terjadi pada perempuan dan anak perempuan Afghanistan. Dan dalam beberapa kasus, dunia menyaksikan untuk kemudian mengutuk, namun dalam beberapa kasus lain, dunia menyaksikan untuk kemudian menirunya. Meniru penindasan sistematis Taliban. Kita tidak bisa membiarkan perempuan Afghanistan berjuang sendirian. Jika kita biarkan, kita tidak punya dasar moral untuk memperjuangkan hak-hak perempuan di mana pun. Nasib mereka menentukan nasib perempuan di mana pun,” kata Davidian. [ab/ns]