Sebuah laporan ekonomi dan sosial PBB yang dirilis Senin (1/5) memperingatkan bahwa prospek ekonomi positif Asia “menghadapi risiko signifikan” akibat meningkatnya proteksionisme perdagangan, terutama kekhawatiran akan kebijakan perdagangan AS dengan mitra-mitra penting seperti China.
Survei Komisi Ekonomi dan Sosial PBB bagi Asia dan Pasifik (UNESCAP) itu menyebutkan pada umumnya kawasan itu positif, yang kini mencapai 30 persen dari total perdagangan global. Apabila berkelanjutan, survei itu mengatakan angkanya bisa bertambah menjadi 50 persen pada tahun 2050.
Selama lebih dari 70 tahun, pertumbuhan ekonomi Asia yang didorong ekspor telah membantu mengentaskan kemiskinan bagi jutaan orang dengan menarget pasar asing seperti AS dan Eropa.
Tapi dalam beberapa tahun belakangan, ekonomi Asia kian bergantung pada permintaan domestik karena “terus lemahnya permintaan eksternal dan perdagangan global,” kata survei itu.
Pertumbuhan regional diperkirakan oleh para ekonom PBB mendekati lima persen, dengan China – sebagai landasan ekonomi di kawasan – naik 6.5 persen tahun 2017, dan India 7.1 persen. [vm/jm]
Survei Komisi Ekonomi dan Sosial PBB bagi Asia dan Pasifik (UNESCAP) itu menyebutkan pada umumnya kawasan itu positif, yang kini mencapai 30 persen dari total perdagangan global.