Pejabat tinggi PBB di Afghanistan hari Selasa (22/6) memperingatkan bahwa waktu untuk mencegah terjadinya “skenario terburuk” hampir habis, dan mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk tidak lagi melakukan kekerasan dan berdamai.
“Hanya ada satu arah yang dapat diterima untuk Afghanistan ke depan – satu arah yang dapat diterima – yaitu menjauhi medan perang dan kembali ke meja perundingan,” ujar Deborah Lyons dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB.
Lyons mengimbau Dewan Keamanan PBB dan negara-negara di kawasan untuk mendorong tim perunding Taliban dan pemerintah Afghanistan melanjutkan pembicaraan damai yang dimediasi Amerika di Doha, Qatar, yang telah dimulai pada September 2020 lalu, tetapi kemudian terhenti.
BACA JUGA: Turki Ingin Berperan di Afghanistan Setelah Penarikan Pasukan ASTurki, Qatar dan PBB berencana melangsungkan sebuah konferensi di Istanbul April lalu guna memulai kembali perundingan itu, tetapi Taliban mengabaikan undangan tersebut.
Sebaliknya, serangan dan aksi kekerasan yang didorong oleh Taliban telah melonjak pesat. PBB mengatakan jumlah warga sipil yang menjadi korban naik hampir 30% dalam tiga bulan pertama tahun 2021 dibanding periode yang sama tahun lalu. Ada pula sejumlah serangan terhadap sekolah, pekerja bantuan dan komunitas minoritas.
Lyons mengatakan lebih dari 50 dari 370 distrik di Afghanistan telah jatuh ke tangan Taliban sejak awal Mei lalu. “Sebagian besar distrik yang diambil-alih itu berada di sekitar ibukota provinsi, menunjukkan bahwa Taliban memposisikan diri mereka untuk berupaya mengambil-alih ibukota-ibukota propinsi ini begitu seluruh pasukan asing ditarik dari Afghanistan,” ujarnya.
BACA JUGA: Di Tengah Ekspansi Taliban, AS Cermati Kondisi di AfghanistanAmerika pada pertengahan April lalu mengumumkan rencananya untuk menarik mundur sisa pasukan di negara itu selambat-lambatnya pada pertengahan September. Penarikan pasukan telah dimulai pada 1 Mei lalu dan tampaknya akan berakhir lebih cepat dari yang dijadwalkan yaitu pada bulan Juli.
Pasukan NATO juga meninggalkan Afghanistan.
Sejak penarikan mundur pasukan asing ini, pertempuran diantara pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban telah meningkat
Lyons mengatakan pengumuman penarikan mundur pasukan internasional “mengirim getaran seismik” terhadap sistem politik dan masyarakat Afghanistan. Ditambahkannya, penarikan mundur itu sudah diperkirakan sebelumnya, tetapi mereka tidak memperkirakan hal itu akan berlangsung dengan cepat.
“Semua pihak harus menyesuaikan diri dengan kenyataan baru yang sedang terjadi,” ujarnya.
Lyons mengingatkan bahwa jika Taliban melanjutkan kampanye militer mereka, hal ini akan menimbulkan penderitaan dan peningkatan aksi kekerasan yang berkepanjangan, serta risiko keamanan.
Duta Besar Amerika Untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menegaskan bahwa komitmen Amerika untuk keselamatan dan keamanan Afghanistan akan tetap berlanjut. “Kami akan menggunakan piranti diplomasi, ekonomi, dan bantuan lengkap untuk mendukung masa depan yang damai dan stabil yang diinginkan dan layak didapatkan rakyat Afghanistan,” ujarnya, “dan kami akan terus mendukung Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan untuk mengamankan negara mereka.” [em/jm]