PBB mengatakan kondisi di Suriah terus memburuk dan kebutuhan kemanusiaan bagi jutaan warga sipil tetap akut di negara yang dilanda perang itu.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah Najat Rochdi ditugaskan untuk memantau situasi kemanusiaan di Suriah. Ia mengatakan kondisi di negara yang dilanda perang selama lebih dari delapan tahun ini mengkhawatirkan. Ia mengimbau masyarakat internasional agar melindungi dan mendukung jutaan warga sipil yang rentan dan tidak memiliki kebutuhan mendasar untuk bertahan hidup.
Rochdi mengatakan sekitar 11,7 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan dan lima juta lainnya sangat memerlukan bantuan. Ia menambahkan bahwa bulan ini menjadi bulan terburuk bagi warga sipil yang terjebak dalam pertempuran yang meningkat antara Pemerintah dan pasukan pemberontak di Idlib di Suriah barat laut.
Juru bicara Rochdi, Jenifer Fenton, mengatakan sekurangnya 350 warga sipil dilaporkan tewas dan 330.000 lebih kehilangan tempat tinggal. Ia mengatakan sekitar tiga juta orang khususnya menghadapi risiko, terperangkap di zona pertempuran dan nasib mereka ada di tangan pihak yang bertikai, karena tidak ada tempat untuk melarikan diri.
Fenton mengatakan situasi masih belum aman bagi sekitar 70.000 orang yang tinggal di kamp Al Hol yang penuh sesak di Suriah timur laut. Orang-orang ini melarikan diri ke Al Hol setelah pemerintah Suriah mengambil alih Deir-Ez-Zour, kubu terakhir kelompok radikal ISIS.
Mayoritas populasi kamp itu mencakup perempuan dan anak-anak Suriah dan Irak. Populasi ini termasuk 11.000 lebih anggota keluarga dari anggota asing ISIS dari puluhan negara.
Negara-negara ini enggan untuk menerima kembali warga negaranya karena khawatir akan mempersulit penghukuman terhadap ISIS dan tidak mendapat dukungan dari warga mereka. UNICEF dan agen-agen lainnya mendesak negara-negara untuk memulangkan sekitar 29.000 anak-anak dari anggota asing ISIS, mengatakan mereka tidak bersalah dan menjadi korban perang yang brutal ini.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan melaporkan sejumlah anak telah dipulangkan ke negara asal mereka dalam beberapa minggu terakhir. Tapi menambahkan ribuan lainnya masih di Al Hol, menghadapi masa depan yang tidak pasti. (my/jm)