Seorang pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jumat (7/7), mengatakan bahwa meskipun ada pernyataan ketidaksetujuan Moskow, PBB terus mengejar perpanjangan kesepakatan yang memungkinkan ekspor biji-bijian yang aman dari Ukraina melalui Laut Hitam.
"Kami mendengar pernyataan berulang kali dari Federasi Rusia, mengatakan bahwa tidak ada keuntungan bagi mereka dan waktunya sudah habis," kata kepala kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, kepada wartawan tentang kesepakatan biji-bijian.
"Tapi tentu saja, seperti yang telah dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal [PBB], ini tidak menghalangi kami untuk melakukan semua yang kami bisa untuk mengupayakan perpanjangan."
BACA JUGA: Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam Diperpanjang 60 HariInisiatif Ekspor Bijian-bijian Laut Hitam akan diperbarui pada 18 Juli mendatang. Moskow telah mengatakan berulang kali menjelang tenggat perpanjangan sebelumnya, bahwa kesepakatan baru itu tidak cukup menguntungkan bagi mereka.
Sebuah nota kesepahaman paralel antara Moskow dan PBB telah berupaya menghilangkan hambatan ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia. Meskipun makanan dan pupuk tidak disetujui oleh Barat, upaya telah dilakukan untuk meredakan kekhawatiran bank-bank, asuransi, perusahaan pengirim barang, dan pelaku sektor swasta lainnya dalam melakukan bisnis dengan Rusia.
Sejak kesepakatan biji-bijian ditandatangani di Istanbul, Turki, pada 22 Juli 2022, hampir 33 juta metrik ton biji-bijian dan bahan makanan lainnya telah diekspor ke pasar global, membantu meringankan harga pangan dunia, yang melonjak pada awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada bulan Februari tahun lalu.
"Dunia telah melihat manfaat inisiatif Laut Hitam," kata Griffiths. "(Kesepakatan) ini bukan sesuatu yang sia-sia."
Namun, ekspor telah melambat secara signifikan sejak Mei, karena inspeksi dan registrasi kapal turun drastis. Para diplomat sebelumnya menyalahkan Rusia karena memperlambat pemeriksaan dan pendaftaran.
PBB mengatakan pekan lalu bahwa tidak ada kapal baru yang terdaftar untuk transit di Laut Hitam sejak 26 Juni di Pusat Koordinasi Bersama (Joint Coordination Center atau JCC) di Istanbul, yang mengawasi kesepakatan itu. Rusia, Ukraina, Turki, dan PBB memiliki perwakilan di JCC.
"Sangat jelas bahwa telah terjadi perlambatan total. Itu jelas terlihat," kata Griffiths. “Ini tentang JCC di Istanbul, satu pihak mengatakan bahwa kami dengan hati nurani tidak dapat mulai memproses kapal ke dalam ini, jika kami tidak tahu bahwa mereka akan keluar sebelum 18 Juli, dan itulah alasannya. "
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berada di Turki pada hari Jumat, di mana dia bertemu dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan keduanya antara lain membahas kesepakatan biji-bijian tersebut. Erdogan berperan penting dalam mencapai kesepakatan hampir setahun yang lalu itu.
Kerusakan Pipa di wilayah Kharkiv
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas kerusakan yang terjadi pada bagian pipa amonia bulan lalu di wilayah Kharkiv, Ukraina. Pipa tersebut membentang dari kota Tolyatti di Rusia ke pelabuhan Odesa di Ukraina.
Griffiths mengatakan pipa rusak di tiga tempat, dan PBB telah menawarkan untuk mengirim tim teknis guna mengevaluasi perbaikan apa yang diperlukan, tetapi belum menerima jaminan keamanan yang diperlukan untuk melakukannya.
"Itu adalah zona perang yang sangat aktif, dan itulah mengapa (pipa-pipa itu, red.) rusak, menurut pendapat kami," ujarnya soal jalur pipa tersebut.
Ia menambahkan, "Agar bisa sampai ke tiga tempat itu untuk menilai kerusakan, kami membutuhkan sejumlah kesepakatan antara pihak-pihak berkepentingan supaya menyediakan "koridor keamanan" guna memungkinkan tim PBB sampai di sana."
Dengan waktu terus berdetak pada kesepakatan biji-bijian serta menjelang tibanya musim panen, Griffiths mengatakan dia sangat ingin duduk bersama dengan pihak-pihak berkepentingan di Istanbul minggu depan. Sementara rekannya, kepala perdagangan PBB Rebeca Grynspan, ingin pergi ke Moskow di mana dia telah memimpin negosiasi perpanjangan kesepakatan itu di Rusia.
Ditanya oleh wartawan tentang apakah kesepakatan itu akan berakhir jika Rusia menolak perpanjangan, Griffiths mengatakan dia tidak memiliki wewenang untuk menjawab. Namun, dia berharap dukungan aktif dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang berperan sangat penting dalam menghilangkan hambatan-hambatan bagi ekspor Rusia, sehingga diharapkan Moskow tidak mengakhiri partisipasinya dalam kesepakatan itu. [pp/ft]