Larangan Polandia terhadap produk pertanian Ukraina bulan lalu mengakibatkan guncangan di seluruh Ukraina, yang kehilangan $143 juta dalam sebulan, Wakil Menteri Ekonomi Taras Kachka mengatakan hal itu dalam Forum Ekonomi Brussel pada Jumat (5/5).
Tak lama setelah kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ke Polandia awal April lalu, pejabat Polandia, di bawah tekanan dari produsen lokal, menangguhkan impor biji-bijian dan produk pertanian lainnya dari Ukraina. Hongaria, Slovakia, Bulgaria, dan Rumania mengikuti langkah Warsawa karena kekhawatiran akan membanjirnya biji-bijian Ukraina yang, sebelum perang, akan dikirim lebih jauh melalui pelabuhan Laut Hitam.
Menteri Pertanian Ukraina, yang melakukan perjalanan untuk negosiasi melalui negara-negara tetangga, mengatakan kepada VOA bahwa keputusan pemerintah Polandia itu tidak terduga. Warga Ukraina diberitahu tentang hal itu sehari sebelumnya, dan pembatasan tersebut melanda hampir semua produksi pertanian Ukraina.
"Kami mengetahui tentang keputusan itu pada Jumat malam, dan (larangan) itu diberlakukan pada Sabtu pagi," kata Menteri Kebijakan Agraria dan Pangan Ukraina Mykola Solskyi tentang larangan Polandia pada 15 April. Uni Eropa sebelumnya telah meliberalisasi semua impor dari Ukraina untuk membantu Kyiv mempertahankan ekonominya dalam menghadapi invasi Rusia.
Bisnis pertanian Ukraina terguncang, kata Oleksyi Mushak, mantan anggota parlemen Ukraina dan salah satu pendiri ReGenerative Agro, sebuah perusahaan pertanian.
"Ini seperti sebuah rudal menghantam Anda, tetapi dalam situasi ini, itu adalah larangan Polandia - tidak terduga," kata Mushak kepada VOA. "Ini memberi kita masalah jangka panjang. Sekarang tidak ada yang akan percaya diri, dan tidak ada yang akan bekerja dalam jangka panjang, hanya kontrak jangka pendek, membuat (pemerintah) Ukraina sulit untuk mengakses uang."
Setelah negosiasi panjang dengan Uni Eropa, Polandia setuju untuk membatalkan pembatasan sepihak. Komisi Eropa setuju untuk mengalokasikan 100 juta euro ($110,1 juta) sebagai kompensasi kepada petani yang terkena dampak buruk dari melimpahnya biji-bijian Ukraina.
Menurut perjanjian tersebut, gandum Ukraina, jagung, biji rapa (rapeseed) dan biji bunga matahari dapat dijual ke negara manapun di Uni Eropa kecuali ke lima negara yang mengeluh bahwa produk pertanian Ukraina yang lebih murah membuat produksi dalam negeri mereka tidak menguntungkan.
Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, menyambut baik tercapainya kesepakatan tersebut sebagai "kesepakatan untuk mempertahankan kapasitas ekspor Ukraina, sehingga terus memberi makan dunia dan mata pencaharian petani kami (Uni Eropa)."
“Kami berharap dapat terus berbicara dengan mitra Polandia kami. Kami berharap rute transit akan mulai berfungsi kembali dan hubungan antara bisnis Polandia dan Ukraina akan berlanjut, termasuk produk yang tidak dibatasi,” kata Solskyi kepada VOA.
Komisi Eropa harus bernegosiasi keras dengan lima yang disebut negara garis depan yang bertetangga dengan Ukraina untuk memastikan biji-bijian dapat diekspor dari Ukraina. Uni Eropa menyadari bahwa cara baru untuk mengekspor produk pertanian Ukraina harus ditemukan.
Dalam 10 tahun terakhir, Ukraina telah menjadi pusat kekuatan pertanian. Menurut Komisi Eropa, seperti dilansir Deutsche Welle, Ukraina menyumbang 10 persen dari pasar gandum dunia, 15 persen dari jagung dan 13 persen dari pasar jelai. Ukraina juga merupakan pemain penting di pasar minyak bunga matahari. Perang di tanah Ukraina mengurangi kemampuan produksi dan ekspor. Namun, bahkan dalam situasi saat ini, Ukraina menciptakan persaingan pasar.
“Kami sudah lama hadir di pasar Eropa. Kami telah bersaing dengan berbagai negara dan produsen lokal selama 10 hingga 15 tahun,” kata Solskyi.
"Kuncinya adalah perang yang menciptakan situasi ini. Para petani dan pedagang Ukraina melihat ke perbatasan barat karena jalur laut diblokir, dan jumlah produk yang menuju ke arah Eropa meningkat. Itulah mengapa jalur solidaritas dibuat. Jadi, ada baiknya ada persaingan, persaingan yang sehat adalah kunci pembangunan.”
Namun, krisis terbaru adalah tanda kemungkinan hambatan di masa depan untuk keanggotaan Uni Eropa Ukraina. Polandia akan mengambil alih kepresidenan UE pada paruh pertama 2025. Keanggotaan Ukraina di UE akan menjadi prioritas bagi Polandia, kata Presiden Polandia Andrzej Duda minggu ini. Tetapi para ahli dan pejabat menunjukkan bahwa pembicaraan pertanian, khususnya, dapat menjadi sangat sulit karena potensi pertanian Ukraina yang sangat besar.
"Ini merupakan kepentingan umum bagi Polandia bahwa Ukraina akan menjadi anggota UE. Kami memiliki masalah keamanan bersama," kata Mushak dari ReGenerative Agro. “Namun, kami harus memisahkan masalah keamanan dan ekonomi. Sayangnya, sekarang kami mencampurkan dua hal ini.”
Namun Solskyi menawarkan pesan yang meyakinkan.
“Bahkan sebelum situasi (perang) saat ini, kami mengerti – dan orang Eropa mengerti, mitra kami mengerti, kami semua mengerti – bahwa negosiasi bisa menjadi yang paling sulit mengenai pertanian,” kata menteri Ukraina kepada VOA.
“Tapi Ukraina tidak unik. Sebagian besar negara yang bergabung dengan Uni Eropa mengalami negosiasi yang paling lama dan sulit. Namun, saya yakin ada solusi dan cara yang dapat kami ambil yang akan berhasil bagi Ukraina dan (juga) nyaman bagi negara-negara UE,” pungkasnya. [pp/ft]