Pencinta lingkungan mengatakan draft usulan kebijakan iklim ini tidak membuat banyak kemajuan berarti.
PARIS —
Badan eksekutif Uni Eropa telah meluncurkan apa yang disebut sebagai kebijakan baru untuk perubahan iklim dan energi yang ambisius bagi ke-28 anggota blok tersebut.
Eropa dipuji sebagai pemimpin dalam usaha mengurangi efek rumah kaca. Tapi satu tahun sebelum konferensi puncak PBB tentang perubahan iklim, kritikus mengatakan usulan Uni Eropa kurang membuat banyak kemajuan berarti dalam usulannya.
Dengan pengurangan emisi gas rumah kaca, lebih banyak efisiensi energi terbarukan di tahun 2013, proposal iklim dan energi baru yang ramah bagi lingkungan dan bisnis, menurut Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, yang meluncurkan paket draft di Brussels.
"Sebuah strategi 2030 yang ambisius dan cerdas akan berkontribusi pada andil Eropa dalam aksi menghadapi iklim global," ungkapnya, "tapi juga akan membantu mengurangi ketergantungan yang mahal terhadap gas dan minyak impor dan meningkatkan industri teknologi hijau dan pertumbuhan yang berkesinambungan, dengan menyediakan perspektif jangka panjang supaya perusahaan mau berinvestasi."
Strategi tersebut mengusulkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 40 persen pada 2030, dibandingkan pada tahun 1990. Energi terbarukan juga harus mencapai paling tidak 27 persen gabungan energi Eropa pada tahun 2030. Usulan tersebut juga bertujuan untuk membuat produksi energi lebih efisien dan kompetitif, dan untuk menopang pasar perdagangan emisi Uni Eropa - terbesar di dunia.
Barroso mengatakan Eropa ingin membentuk arah percakapan sebelum konferensi perubahan iklim PBB tahun 2015 di Paris.
"Usulan yang kami keluarkan sekarang, lalu debat yang diadakan di Dewan Eropa bulan Maret, akan memungkinkan kita memegang kepemimpinan dan juga membantu membentuk aksi iklim global," ujarnya.
Eropa punya kebijakan-kebijakan perubahan iklim yang jauh lebih maju daripada negara lain. Tapi kelompok lingkungan hidup seperti Greenpeace mengatakan usulan baru ini kurang ambisius. Contohnya, direktur Greenpeace Uni Eropa, Joris den Blanken, mengatakan Eropa harus mengurangi emisi rumah kaca menjadi paling tidak 53 persen pada tahun 2030.
"Usulan untuk pengurangan emisi sebesar 40 persen ini tidak cukup untuk menjaga pemanasan global dalam tingkat yang aman," kata den Blanken. "Lebih dari itu, kami melihat bahwa Uni Eropa dengan usulan ini, mundur dalam energi bersih. Selama 15 tahun terakhir, banyak lapangan kerja diciptakan dengan investasi energi bersih. Hal ini bagus untuk keamanan energi Uni Eropa. Tapi tingkat ambisi dalam usulan ini akan memberikan banyak ketidakpastian bagi investor dalam sektor ini dan membahayakan energi bersih di Eropa."
Para ahli mengingatkan bahwa perubahan iklim bisa membawa hasil yang drastis, termasuk kenaikan permukaan laut, transformasi ke padang pasir di beberapa tempat dan pola cuaca yang tidak menentu.
Draft laporan terbaru yang disusun oleh Panel Antar Pemerintah PBB untuk Perubahan Iklim mengatakan keengganan dalam menanggulangi perubahan iklim telah menciptakan sebuah situasi genting di masa depan.
Eropa dipuji sebagai pemimpin dalam usaha mengurangi efek rumah kaca. Tapi satu tahun sebelum konferensi puncak PBB tentang perubahan iklim, kritikus mengatakan usulan Uni Eropa kurang membuat banyak kemajuan berarti dalam usulannya.
Dengan pengurangan emisi gas rumah kaca, lebih banyak efisiensi energi terbarukan di tahun 2013, proposal iklim dan energi baru yang ramah bagi lingkungan dan bisnis, menurut Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, yang meluncurkan paket draft di Brussels.
"Sebuah strategi 2030 yang ambisius dan cerdas akan berkontribusi pada andil Eropa dalam aksi menghadapi iklim global," ungkapnya, "tapi juga akan membantu mengurangi ketergantungan yang mahal terhadap gas dan minyak impor dan meningkatkan industri teknologi hijau dan pertumbuhan yang berkesinambungan, dengan menyediakan perspektif jangka panjang supaya perusahaan mau berinvestasi."
Strategi tersebut mengusulkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 40 persen pada 2030, dibandingkan pada tahun 1990. Energi terbarukan juga harus mencapai paling tidak 27 persen gabungan energi Eropa pada tahun 2030. Usulan tersebut juga bertujuan untuk membuat produksi energi lebih efisien dan kompetitif, dan untuk menopang pasar perdagangan emisi Uni Eropa - terbesar di dunia.
Barroso mengatakan Eropa ingin membentuk arah percakapan sebelum konferensi perubahan iklim PBB tahun 2015 di Paris.
"Usulan yang kami keluarkan sekarang, lalu debat yang diadakan di Dewan Eropa bulan Maret, akan memungkinkan kita memegang kepemimpinan dan juga membantu membentuk aksi iklim global," ujarnya.
Eropa punya kebijakan-kebijakan perubahan iklim yang jauh lebih maju daripada negara lain. Tapi kelompok lingkungan hidup seperti Greenpeace mengatakan usulan baru ini kurang ambisius. Contohnya, direktur Greenpeace Uni Eropa, Joris den Blanken, mengatakan Eropa harus mengurangi emisi rumah kaca menjadi paling tidak 53 persen pada tahun 2030.
"Usulan untuk pengurangan emisi sebesar 40 persen ini tidak cukup untuk menjaga pemanasan global dalam tingkat yang aman," kata den Blanken. "Lebih dari itu, kami melihat bahwa Uni Eropa dengan usulan ini, mundur dalam energi bersih. Selama 15 tahun terakhir, banyak lapangan kerja diciptakan dengan investasi energi bersih. Hal ini bagus untuk keamanan energi Uni Eropa. Tapi tingkat ambisi dalam usulan ini akan memberikan banyak ketidakpastian bagi investor dalam sektor ini dan membahayakan energi bersih di Eropa."
Para ahli mengingatkan bahwa perubahan iklim bisa membawa hasil yang drastis, termasuk kenaikan permukaan laut, transformasi ke padang pasir di beberapa tempat dan pola cuaca yang tidak menentu.
Draft laporan terbaru yang disusun oleh Panel Antar Pemerintah PBB untuk Perubahan Iklim mengatakan keengganan dalam menanggulangi perubahan iklim telah menciptakan sebuah situasi genting di masa depan.