Sektor pariwisata Eropa telah berminggu-minggu kehilangan pendapatan akibat penutupan wilayah terkait virus corona. Sekarang selagi negara-negara berencana secara bertahap membuka kembali wilayahnya calon wisatawan menghadapi berbagai aturan dan pedoman keselamatan di seluruh benua.
Jan Nak baru saja pensiun dan sejak bulan Mei berencana berkemah di sekitar Portugal bersama istrinya. Tetapi virus corona, membuat pasangan Belanda itu beralih menyewa rumah peristirahatan musim panas di Belanda.
“Karena kami tidak sakit sampai sekarang, dan istri saya masih bekerja, maka kami tidak mengambil risiko apa pun dan tetap di Belanda. Jika kami bepergian, kami juga membahayakan orang lain. Jadi, kami tidak ingin membahayakan orang lain, dan ingin melindungi diri. Kami beranggapan "Kalau tidak bisa pergi tahun ini, kami akan pergi tahun depan," ujarnya.
Negara-negara Eropa Selatan dan di kawasan Laut Tengah menarik jutaan turis seperti Nak dan istrinya setiap tahun.
Salah satu tujuan berkemah yang paling populer adalah Perancis. Tetapi negara itu menutup semua lokasi kemahnya pada 17 Maret, dan tempat-tempat itu kehilangan musim semi yang menguntungkan, yang biasanya menghasilkan sekitar sepertiga dari pendapatan tahunannya.
BACA JUGA: Kaum Lansia Eropa Tolak Rencana Perpanjangan "Tinggal di Rumah"Ge Kusters adalah wakil presiden serikat perkemahan Perancis dan mengelola lokasi kamp di daerah Dordogne yang populer di Perancis barat daya. Wilayah yang memiliki istana, gua, dan situs bersejarah itu setiap tahun menarik lebih dari tiga juta wisatawan.
Biasanya, Kusters akan menyambut sekitar 10.000 orang yang diperkirakan mengunjungi lokasi tersebut setiap tahun. Namun belakangan ini, ia menyusun rencana terperinci untuk membuka kembali lokasi perkemahan dengan aman.
“Luas lokasi perkemahan berhektar-hektar, tidak dalam ukuran meter persegi, jadi tidak ada masalah jarak antar orang. Blok-blok toilet lebih terkait dengan kebersihan dan aturan khusus tetapi itu, tidak terlalu bermasalah. Saya kira dalam hal keramaian juga akan banyak berubah. Acara-acara besar seperti konser dan lain sebagainya, mungkin tidak ada lagi. Jadi, kami harus menyesuaikan diri dengan cara baru untuk menghibur orang,” kata Kusters.
Meskipun warga Inggris, Jerman, dan Belanda menyumbang 40 persen wisatawan bagi Perancis, wisatawan lainnya adalah warga negara Perancis. Karena virus corona, banyak orang lebih menyukai berlibur lebih dekat dari tempat tinggal mereka agar lebih aman, namun juga karena masing-masing negara punya aturannya sendiri.
Perancis dan Italia secara perlahan berencana membuka kembali wilayahnya tetapi untuk saat ini tidak akan mengizinkan lintas perbatasan regional. Jerman memperingatkan warga yang bepergian ke luar negeri meskipun Austria berharap bisa menarik wisatawan Jerman.
BACA JUGA: Italia dan AS Melonggarkan Lockdown Virus CoronaYunani, negara yang PDB-nya 20 persen bergantung pada pariwisata sedang mempertimbangkan hanya mengizinkan wisatawan yang bisa membuktikan mereka tidak menderita COVID-19 dan memiliki apa yang disebut paspor kesehatan.
Pedoman yang berbeda akan menyulitkan tidak hanya perjalanan antar Eropa, tetapi juga wisatawan dari luar benua itu. Pelonggaran penutupan wilayah tidak akan berhasil, kata Tom Jenkins, CEO Asosiasi Pariwisata Eropa.
“Dilonggarkannya penutupan wilayah secara bertahap, dan dalam cara yang berbeda, menjadi keprihatinan. Seluruh industri pariwisata sampai Maret 2020 sudah siap menyambut wisatawan dalam jumlah yang nyata. Dan jika setiap gerakan wisatawan itu sangat dibatasi, maka bisnis tidak akan berjalan," tukasnya.
Komisi Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan industri pariwisata dengan menginvestasikan dana dari anggaran Uni Eropa. Sektor ini menyumbang 10 persen dari PDB Uni Eropa, dan lebih dari 27 juta orang bekerja pada lapangan kerja yang berhubungan dengan pariwisata. [my/ii]