Pejabat HAM Serukan Migran yang Ditahan di Libya dibebaskan

Sisa bangunan pusat penahanan tampak rapuh setelah pemboman dan lima hari kemudian, para migran tidur di luar, tampak dalam foto yang dikirim ke VOA, 7 Juli 2019 di Tripoli, Libya.

Dua pejabat senior HAM mengatakan, pihaknya menyerukan 5.600 pengungsi dan migran di pusat-pusat penahanan Libya dibebaskan dan perlindungan terhadap mereka dijamin.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi dan Direktur Organisasi Internasional untuk Migrasi, Antonio Vitorino mengeluarkan pernyataan bersama Kamis (11/7).

Mereka mengatakan, jika Libya tidak bisa menjamin keamanan para migran, mereka perlu dievakuasi ke negara lain "di mana percepatan proses pemukiman diperlukan."

Kedua pejabat itu menggambarkan Libya sebagai tempat bagi para pengungsi, di mana "penderitaan dan risiko pelanggaran hak asasi manusia terus berlanjut. Proses pembebasan yang dikelola dengan aman dengan informasi tepat tentang bantuan yang tersedia, sangat penting untuk semua."

Grandi dan Vitorino juga mengatakan, para migran yang dijemput di Laut Tengah tidak boleh dikirim kembali ke Libya, karena negara itu tidak bisa dianggap sebagai tempat kembali yang aman.

Mereka menunjuk serangan udara pekan lalu di sebuah pusat penahanan di dekat Tripoli, menewaskan lebih dari 50, sebagai salah satu dari bahaya yang dihadapi para pengungsi yang kembali ke Libya.

Mereka menyerukan negara-negara Uni Eropa untuk melanjutkan operasi pencarian dan penyelamatan migran di perairan berbahaya dan mengatakan,semua negara anggota Uni Eropa harus berbagi tanggung jawab soal migran ini. [ps/pp]