Pejabat Kesehatan Jerman: Penurunan Kasus Baru COVID-19 Bisa Berubah

Awan gelap menggantung di atas distrik keuangan di Frankfurt, Jerman, saat pemerintah memperpanjang lockdown untuk menekan penyebaran virus COVID-19, 18 Februari 2021. (REUTERS/Kai Pfaffenbach)

Para pejabat kesehatan Jerman hari Jumat (19/2) memperingatkan ada tanda-tanda tren penurunan kasus baru COVID-19 belakangan ini di negara itu dapat berubah dan mendesakkan kehati-hatian bagi mereka yang sangat ingin mencabut restriksi terkait virus.

Pada konferensi pers di Berlin, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn dan Presiden Robert Koch Institute ((RKI)) for Infectious Diseases Lothar Wieler mengemukakan kepada wartawan bahwa lockdown nasional telah menimbulkan dampak tetapi tingkat kasus infeksi baru di Jerman masih terlalu tinggi.

Salon-salon yang tutup di Hamburg, Jerman, saat diberlakukannya lockdown di tengah pandemi COVID-19, 19 Februari 2021. REUTERS / Fabian Bimmer

RKI, Jumat (29/2) melaporkan sedikit penurunan kasus baru COVID-19 dalam tujuh hari, dengan 56,8 kasus per 100.000 warga, dibandingkan dengan 57,1 sehari sebelumnya. Wieler mengatakan, “Tingkat tujuh hari secara nasional tidak lagi menurun secara cepat … dan sayangnya, ratusan kematian masih dilaporkan kepada Robert Koch Institute setiap hari.”

Spahn mengatakan hampir 20 persen warga Jerman yang dites positif mengidap virus corona, telah terjangkit virus COVID-19 varian Inggris.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn dalam konferensi pers, di tengah pandemi COVID-19, di Berlin, Jerman, 12 Februari 2021. (Tobias Schwarz / Pool via REUTERS / File Photo)

“Jelaslah, virus tidak menyerah. Di satu sisi, kita lihat dalam 2-3 pekan terakhir ada penurunan kasus dan peningkatan jumlah vaksinasi,” kata menteri kesehatan Jerman itu. “Di sisi lain, kita melihat peningkatan jumlah yang mengkhawatirkan mengenai mutasi virus juga ada di Jerman.”

Spahn mengatakan keinginan orang-orang untuk mengakhiri lockdown dapat dirasakan, tetapi ia menekankan perlunya berhati-hati melakukan pembukaan kembali agar tidak kehilangan kemajuan yang telah mereka capai dalam menghadapi virus.

Spahn dan Wieler menangkis kekhawatiran mengenai vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca, dengan mengatakan vaksin itu “aman dan efektif” dan disetujui oleh Uni Eropa.

Otoritas kesehatan di beberapa negara Eropa menghadapi penolakan terhadap vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca setelah ada sejumlah laporan mengenai efek samping yang membuat staf rumah sakit dan pekerja garis depan lainnya sakit. [uh/ab]