Pejabat Kyiv: Butuh Lebih Banyak Senjata Hemat Biaya untuk Atasi Serangan Drone Rusia

Petugas pemadam kebakaran dan polisi berusaha memadamkan api di sebuah gudang yang hangus terbakar akibat serangan pasukan Rusia di Kherson, Ukraina, pada 19 September 2023. (Foto: Reuters/Ivan Antypenko)

Pejabat senior Ukraina, pada Senin (2/10), meminta penilaian kembali dilakukan terhadap sistem anti-pesawat yang dipasok negara-negara Barat ke Ukraina, karena senjata yang lebih sederhana dan murah bisa jadi lebih hemat biaya dalam mengatasi drone Shahed buatan Iran yang digunakan oleh Rusia.

Drone Shahed digunakan hampir setiap hari oleh Rusia untuk melancarkan serangan. Ukraina sudah semakin mahir menjatuhkan pesawat-pesawat nirawak itu, meski beberapa di antaranya masih menghantam kawasan industri dan permukiman, melanggar jaminan Moskow sendiri bahwa mereka tidak akan menarget warga sipil.

Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan bahwa masalahnya bukan hanya tentang mengamankan lebih banyak sistem anti-pesawat, “tetapi terutama memecahkan masalah matematis yang terletak pada ekonomi perang.”

Meskipun sistem persenjataan dari Barat, seperti NASAMS dan Iris-T, digunakan untuk menjatuhkan rudal, penggunaannya untuk menjatuhkan drone Shahed bisa jadi tidak hemat biaya, tulis Podolyak dalam bahasa Inggris di platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

“Dengan demikian, hal ini menyebabkan menipisnya persediaan sekutu dan pelemahan jangka panjang,” tulisnya.

BACA JUGA: Jeritan Janda Belia Korban Perang Ukraina: 'Tak Ada Lagi Mimpi'

“Solusinya jelas: selain senapan mesin mobil kaliber besar, ada banyak sistem anti-pesawat yang lebih sederhana dan lebih murah yang tersedia saat ini dan terbukti efektif mengatasi drone Shahed. Ini termasuk Gepard dan Vampire.”

Gepard adalah tank senjata anti-pesawat buatan Jerman. Sementara Vampire adalah sistem anti-drone buatan AS yang terdiri atas peluncur rudal berpemandu laser yang bisa dipasang di bak truk.

Penyederhanaan itu, tulis Podolyak, “akan meminimalisasi dampak ‘serangan’ Rusia dan menjamin stabilitas jangka panjang wilayah udara Ukraina dan negara-negara tetangga anggota NATO.”

Ukraina selama ini sangat bergantung pada pasokan persenjataan dari negara-negara Barat untuk menghadapi invasi Rusia selama 19 bulan terakhir dan untuk melancarkan serangan balasan pada Juni lalu, yang bertujuan untuk merebut kembali sekitar 18 persen wilayahnya yang diduduki oleh pasukan Rusia.

Zelenskyy dan para pejabatnya yang lain selama beberapa minggu terakhir telah menekankan pentingnya mengembangkan industri senjata Ukraina dan bersama-sama mengembangkan senjata dengan perusahaan-perusahaan Barat. [rd/lt]