Pejabat Rusia: Moskow Siap Tanggapi Jika Hadapi Sanksi Keras UE

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny menulis catatan saat menghadiri sidang atas tuduhan pencemaran nama baik di Pengadilan Distrik Babuskinsky di Moskow, Rusia, 12 Februari 2021. (Babuskinsky District Court Press Service via AP)

Rusia menyatakan perlu bersiap menanggapi jika Uni Eropa memberlakukan sanksi-sanksi keras terhadap negara itu terkait penangkapan dan pemenjaraan pengecam Kremlin, Alexei Navalny.

Berbicara kepada wartawan hari Jumat (12/2), Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Moskow harus siap mengganti salah satu infrastruktur vitalnya dengan elemen-elemen yang diperlukan untuk menghadapi berbagai kesulitan yang akan dihadapi jika dikenai sanksi-sanksi asing.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan dalam wawancara dengan sebuah saluran YouTube pada hari Jumat bahwa Moskow siap memutuskan hubungan dengan Uni Eropa jika blok beranggotakan 27 negara itu memberlakukan sanksi-sanksi keras terhadap Rusia.

Menlu Rusia Sergei Lavrov. (Sven Hoppe/dpa via AP)

Lavrov mengatakan negaranya akan mengambil tindakan balasan jika “kami kembali melihat sanksi-sanksi diberlakukan di beberapa sektor yang menimbulkan risiko bagi ekonomi kami, termasuk bidang-bidang yang paling sensitif,” seraya menambahkan bahwa Rusia “tidak ingin mengisolasi diri dari kehidupan global, tetapi kami harus siap untuk itu. Jika Anda menginginkan perdamaian, maka bersiaplah untuk perang.”

Kemungkinan sanksi-sanksi itu adalah larangan perjalanan dan pembekuan aset yang terkait dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Setelah Prancis dan Jerman mengindikasikan kesediaan untuk mengambil langkah-langkah terhadap Rusia, sanksi-sanksi tersebut mungkin diberlakukan sedini bulan ini.

Tekanan terhadap sanksi-sanksi meningkat setelah Moskow mengusir diplomat Jerman, Polandia dan Swedia pekan lalu tanpa memberitahu kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang ketika itu sedang berkunjung ke Moskow.

Navalny, 44, tampil kembali di pengadilan hari Jumat (12/1) atas tuduhan mengeluarkan pernyataan menghina mengenai seorang veteran Perang Dunia II tahun lalu.

BACA JUGA: Dituduh Dukung Navalny, Rusia Usir 3 Diplomat Eropa

Sidang berlangsung setelah pengadilan memerintahkan Navalny bulan lalu untuk menjalani hukuman 2,5 tahun penjara atas tuduhan melanggar hukuman percobaan sewaktu memulihkan diri dari keracunan di Jerman.

Sementara itu, ada berbagai berita yang belum dikukuhkan bahwa istri Navalny, Yulia, telah melarikan diri dari Rusia ke Jerman.

Kantor berita Rusia Interfax dan harian Jerman Der Spiegel masing-masing melaporkan kepergiannya, mengutip sumber-sumber yang tidak disebut namanya.

Berbicara kepada kantor berita pemerintah TASS, para pengacara pasangan Navalny ini tidak dapat mengukuhkan kepergiannya dan mengatakan mereka tidak memiliki informasi mengenai hal tersebut. [uh/ab]