15 Pejabat Saudi Tersangkut Kasus Jurnalis Khashoggi, Siapa Saja?

Caption 2022-03-11 19:29:41 1

Arab Saudi sudah menahan 18 orang dan memberhentikan lima pejabat senior pemerintah sebagai bagian dari penyelidikan kematian jurnalis Jamal Khashoggi.

Khashoggi, kolumnis harian Washington Post dan pengkritik kebijakan Arab Saudi hilang setelah memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober untuk mengurus beberapa dokumen untuk keperluan pernikahannya.

Menurut sumber-sumber keamanan Turki, ketika Khashoggi memasuki konsulat, dia diamankan oleh 15 operatif intelijen Saudi. Agen intelijen Arab Saudi tersebut terbang dengan menggunakan dua pesawat jet beberapa jam sebelumnya.

BACA JUGA: Erdogan: Khashoggi “Dibunuh Secara Biadab” dan Terencana

Seorang pejabat Saudi kepada Reuters membenarkan bahwa mereka termasuk 18 orang yang ditahan, termasuk tiga tersangka warga setempat. Sebagian besar dari 15 orang itu bekerja di militer atau dinas keamanan dan intelijen Saudi, termasuk di istana kerajaan, menurut pejabat Turki dan Saudi serta beberapa sumber yang dekat dengan kerajaan.

Berikut profil beberapa dari 15 orang tersebut, baik yang sudah ditahan atau dipecat, berdasarkan foto-foto, laporan media Arab Saudi, dan informasi dari pejabat serta sumber Saudi.

Saud al-Qahtani

Saud al-Qahtani, 40 tahun, dipandang sebagai tangan kanan dari Pangeran Mohammed, dicopot dari posisinya penasihat kerajaan dan tokoh berpengaruh yang dikaitkan dengan kasus tersebut.

Qahtani mulai bekerja di istana kerajaan pada masa almarhum Raja Abdullah. Dia mulai naik daun menjadi orang kepercayaan di lingkar dalam Pangeran Mohammed. Dia sering menjadi juru bicara Putra Mahkota yang dikenal dengan sebutan MbS, dan dapat memberikan perintah langsung kepada pejabat senior dan aparat keamanan, kata sumber-sumber yang memiliki hubungan dengan kerajaan.

Para penyidik dari kepolisian Turki meninggalkan parkiran mobil setelah mencari petunjuk-petunjuk yang mengarah ke pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, di Istanbul, Turki, 23 Oktober 2018.

Qahtani menggunakan Twitter untuk menangkis kritikan pada pemerintahan kerajaan secara umum dan khususnya, kepada Pangeran Mohammed. Dia juga menggunakan Twitter untuk menyerang kritikus yang membuat grup WhatsApp dengan editor koran lokal , mendikte pemberitaan seputar kerajaan.

Qahtani sempat mencoba untuk membujuk Khashoggi kembali ke Arab Saudi setelah dia pindah ke Washington sekitar setahun lalu karena takut balasan atas pandangan kritisnya, menurut orang-orang yang dekat dengannya dan juga pemerintah.

Pada Agustus 2017, melalui cuitan Twitter, yang meminta 1,35 juta pengikutnya menandai akun untuk monitoring daftar hitam, Qahtani menuliskan: “Apakah kalian pikir saya membuat keputusan tanpa pimpinan? Saya adalah pegawai dan pelaksana setia titah Raja dan Putra Mahkota.

Para pejabat senior dari Saudi mengatakan bahwa Qahtani telah memberikan kuasa kepada salah satu bawahannya, Maher Mutreb, untuk bernegosiasi dengan Khashoggi agar dia mau kembali ke Arab Saudi.

Qahtani juga mempersiapkan Mutreb dengan sejumlah informasi berdasarkan percakapannya dengan Khashoggi. Qahtani tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan Reuters. Reuters tidak bisa menghubungi Mutreb untuk mendapatkan tanggapan komentar.

Maher Mutreb

Jenderal Maher Mutreb, adalah seorang bawahan Qahtani untuk keamanan dan informasi, dia juga seorang pimpinan negosiator di dalam konsulat, menurut pejabat senior Saudi. Dia adalah seorang perwira intelijen senior dan bagian dari tim keamanan Pangeran Mohammed. Dia muncul pada foto dengan putra mahkota pada kunjungan resmi ke Amerika Serikat dan Eropa tahun ini.

Menurut pejabat senior Saudi, Mutreb terpilih untuk operasi di Istanbul karena dia telah mengenal Khashoggi dari massa saat bekerja sama di Kedutaan Saudi di London.

BACA JUGA: Pompeo: AS Identifikasi Pejabat Saudi yang Terlibat dalam Pembunuhan Khashoggi

Mutreb menemui Khashoggi di konsulat Saudi sekitar pukul 13:25 waktu setempat. Dia mulai mendesak Khashoggi untuk kembali pulang dan berkata bahwa dia dicari oleh Interpol, kata pejabat tersebut.

Pejabat itu menuturkan Khashoggi memberitahu mutreb bahwa dia melanggar norma-norma diplomatik. Khashoggi juga bertanya apakah Mutreb berencana untuk menculiknya. Mutreb mengatakan ‘ya’, kata pejabat itu, yang sepertinya upaya untuk mengintimidasi Khashoggi.

Surat kabar Sabah merilis foto-foto yang diambil dari rekaman kamera pengintai yang menunjukkan Mutreb memasuki konsulat tiga jam sebelum Khashoggi datang, dan kemudian di luar kediaman konsul.

Salah Tubaigy

Salah Tubagiy adalah seorang ahli forensik di departemen bukti pidana Kementerian Dalam Negeri Saudi, menurut sebuah biografi yang diunggah oleh Komisi Saudi untuk Spesialisasi Kesehatan.

Pada operasi Istanbul, dia ditugaskan untuk menghapus bukti seperti sidik jari atau bukti pemaksaan, menurut pejabat Saudi.

Dia terdaftar sebagai anggota dewan Masyarakat Kedokteran Forensik Saudi. Ia meraih gelar master kedokteran forensik dari Universitas Glasgow pada 2004. Seorang juru bicara universitas menolak memberi komentar.

Tubaigy berumur 47 tahun, menurut salinan paspor yang dirilis kepada media AS oleh pejabat Turki.

Ahmed al-Asiri

Ahmed al-Asri, mantan wakil kepala Intelijen Umum, termasuk di antara mereka yang dipecat oleh Raja Salman. Ia bergabung dengan militer pada 2002 dan menjadi juru bicara koalisi pimpinan Saudi yang ikut campur dalam perang sipil Yaman pada 2015. Asiri diangkat sebagai wakil kepala intelijen asing oleh keputusan kerajaan pada April 2017. Namun reuters tidak dapat mewawancarai Asiri.

Moustafa al-Madani

Moustafa al-Madani memimpin upaya intelijen untuk tim 15 orang di Istanbul, kata pejabat senior Saudi.

Menurut pejabat, Madani mengenakan pakaian Khashoggi, berupa kacamata dan jam tangan Apple dan pergi melalui pintu belakang konsulat agar terlihat seperti Khashoggi telah meninggalkan gedung.

BACA JUGA: Presiden Turki Janji Ungkapkan Rincian tentang Pembunuhan Khashoggi

Madani adalah pegawai pemerintah yang menempuh pendidikan di Universitas Perminyakan dan Pertambangan Raja Fahd di bagian Timur Arab Saudi, menurut profil Facebook dengan foto yang menyerupai tersangka yang diidentifikasi oleh media Turki.

Reuters masih belum dapat mewawancarai Madani. Para pejabat universitas juga tidak mau memberikan Komentar apa pun.

Meshal Saad Albostani

Meshal Saad Albostani adalah letnan Angkatan Udara Saudi dari kota pelabuhan Laut Merah Jeddah, menurut profil Facebook dengan foto yang menyerupai tersangka yang diidentifikasi media Turki.

Pejabat mengatakan dia bertanggung jawab atas perlengkapan tim Istanbul.
Albostani menempuh pendidikan di Universitas Louisville di Kentucky, menurut Facebook. Para pejabat universitas yang dihubungi Reuters mengatakan mereka tidak dapat memberikan konfirmasi lulusan dengan nama tersebut.

Sebuah profil LinkedIn yang memiliki foto dan nama yang sesuai dengan tersangka mengatakan bahwa dirinya telah bekerja di Angkatan Udara sejak 2006.

Anggota tim lainnya

Abdulaziz Mohammed al-Hawsawi adalah anggota tim keamanan yang melakukan perjalanan dengan putra mahkota Saudi, menurut laporan New York Times yang mengutip seorang profesional Perancis yang telah bekerja bersama keluarga kerajaan. Dia berusia 31 tahun menurut salinan paspornya. Reuters tidak dapat menghubungi Hawsawi untuk tanggapan.

Jenderal Rashad bin Hamed al-Hamadi dipecat sebagai direktur pada direktorat jenderal keamanan dan perlindungan dalam Presidensi Intelijen Umum.

Jenderal Abdullah bin Khaleef al-Shaya dipecat dari jabatannya sebagai asisten kepala intelijen umum untuk sumber daya manusia. Jenderal Muhammad Saleh al-Raih dipecat sebagai asisten kepala intelijen umum untuk urusan intelijen.

Ketiga Jenderal tersebut tidak dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan. [vp/ft]