Pejabat Tinggi Rusia: Beijing, Moskow Harus Lawan ‘Pengekangan’ Amerika Serikat

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Sergei Shoigu berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat Pertemuan Pejabat Tinggi Keamanan BRICS di Saint Petersburg, Rusia, 10 September 2024. (Foto: via Reuters)

Beijing menjadi merasa semakin terjebak di antara aliansi Rusia dan Korea Utara.

Pejabat tinggi Rusia, Sergei Shoigu, Selasa (12/11), mengatakan kepada Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, bahwa prioritas utama bagi kedua negara saat ini adalah menghadapi upaya "pengekangan" yang dilakukan Amerika Serikat. Hal itu diungkapkan saar mereka bertemu dalam pembicaraan keamanan di Beijing.

Moskow dan Beijing semakin memperkuat jalinan kerja sama dalam bidang militer dan pertahanan sejak Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina hampir tiga tahun yang lalu. Presiden China Xi Jinping menjadi salah satu mitra paling berarti bagi Presiden Rusia Vladimir Putin di kancah internasional.

Namun Beijing menjadi merasa semakin terjebak di antara aliansi Rusia dan Korea Utara. Pyongyang diketahui mengirim tentara ke Ukraina dan minggu ini meratifikasi pakta pertahanan penting dengan Moskow.

BACA JUGA: China Dukung Proposal Sistem Pembayaran BRICS Rusia 

Berbicara kepada Wang di Beijing, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Shoigu, menggarisbawahi bahwa China dan Rusia perlu "melawan kebijakan 'pengekangan ganda' yang ditujukan terhadap Rusia dan China oleh Amerika Serikat dan sekutunya."

"Kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis [antara China dan Rusia] merupakan model kolaborasi antara dua kekuatan di dunia saat ini," kata Shoigu kepada Wang.

"Meskipun ini bukan aliansi militer-politik seperti yang terbentuk selama Perang Dingin, hubungan antara negara kita melampaui bentuk hubungan antarnegara ini," katanya, sebagaimana dikutip dari kantor berita Rusia.

Menjelang dialog tersebut digelar, Beijing menyatakan bahwa kedua pejabat tersebut akan mengadakan "konsultasi keamanan strategis" dan membahas "isu-isu utama yang menyangkut kepentingan keamanan strategis kedua negara, serta memperkuat rasa saling percaya."

Shoigu menjabat sebagai menteri pertahanan Rusia pada dua tahun pertama perang melawan Ukraina. Namun, setelah terjadi serangkaian kemunduran di bidang militer dan muncul kritik dari koresponden militer berpengaruh di negara itu, Putin kemudian menempatkannya di Dewan Keamanan.

BACA JUGA: Menlu AS: Pasukan Korut akan Dikerahkan untuk Lawan Pasukan Ukraina dalam Beberapa Hari Mendatang

Shoigu juga diharapkan menghadiri perhelatan Airshow China pada minggu ini, yang memamerkan sektor kedirgantaraan sipil dan militer Beijing setiap dua tahun di Kota Zhuhai.

Jet tempur tercanggih Rusia, Su-57, dijadwalkan melakukan penerbangan demonstrasi di pameran tersebut.

China memposisikan dirinya sebagai pihak yang netral dalam perang Ukraina. Beijing menegaskan bahwa mereka tidak akan mengirimkan bantuan kepada kedua belah pihak, berbeda dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya.

Namun, China tetap menjadi sekutu dekat Rusia dalam hal politik dan ekonomi, sementara negara-negara anggota NATO menyebut Beijing sebagai "pendukung utama" perang tersebut, yang tidak pernah dikecam oleh Beijing.

Bulan lalu, menteri pertahanan kedua negara berjanji untuk mempererat kerja sama bilateral dalam bidang militer. [ah/rs]