Pelarian Korea Utara Ceritakan Penderitaan Mereka kepada Trump

Presiden Donald Trump menerima para pelarian Korea Utara di Gedung Putih, Jumat (2/2).

Setelah menelpon pemimpin Jepang dan Korea Selatan, Presiden Donald Trump berbicara di Oval Office hari Jumat (2/2), dengan sekelompok warga Korea Utara yang telah melarikan diri dari rezim penindas di negara asal mereka.

"Kisah mereka luar biasa," kata Trump sebelum meminta delapan warga Korea Utara untuk berbicara tentang cobaan berat mereka. Presiden mendengarkan dengan saksama saat mereka berbicara selama 20 menit.

"Sebenarnya kami mempunyai dua orang lain di luar dan mereka benar-benar takut dieksekusi, mereka tidak ingin terlihat di kamera," kata presiden kepada wartawan.

Para pembelot yang memutuskan untuk tampil di kamera berterima kasih kepada Trump karena telah menyoroti pelanggaran hak asasi manusia Korea Utara. Trump membahas pokok pembicaraan itu selama pidatonya November lalu di Majelis Nasional Korea Selatan dan dalam pidato kenegaraannya pekan lalu.

Sebagian orang meminta Trump berbuat lebih banyak. Mereka yang melarikan diri dari Korea Utara ke China "lebih baik mati dan bunuh diri daripada dipulangkan ke Korea Utara," kata Lee Hyeon-soo, menambahkan banyak di antara mereka membawa racun guna bunuh diri jika mereka tertangkap.

"Tolong bantu kami menghentikan pemulangan kami dari China ke Korea Utara," dia memohon pada Trump.

Lee mengatakan kepada Trump, dia melarikan diri dari kawin paksa dan rumah bordil di China. Lee yang sekarang seorang pelajar di Korea Selatan, telah menulis sebuah memoar tentang pengalamannya, berjudul "The Girl with Seven Names".

Kim Kwang-jin, yang merupakan agen perbankan di Singapura untuk pemerintah Korea Utara dan membelot pada tahun 2003 mengatakan kepada Trump, perhatian Trump pada isu hak asasi manusia "akan mengilhami" banyak orang di negara asalnya. [ps/jm]