Pembangunan museum peringatan peristiwa 11 September 2001 di bekas gedung World Trade Center di New York terhenti karena sengketa mengenai masalah keuangan dan otoritas.
Monumen peringatan Nasional 11 September di New York telah dibuka sejak tahun lalu, menarik lebih dari empat juta pengunjung. Tetapi, pembangunan museum yang ditambahkan pada monumen itu terhenti beberapa bulan lalu karena adanya ketidaksepakatan mengenai masalah keuangan antara Port Authority, pemilik gedung pencakar langit kembar, Twin Tower yang hancur, dan yayasan yang membangun museum itu.
Suami Monica Iken, Michael, tewas dalam serangan 11 September. Ia menuturkan, “Ini memalukan untuk dilihat dunia. Mereka datang kemari, dan saya datang ke sini beberapa kali di mana orang-orang mendatangi saya serta mengatakan, 'mana museumnya, mengapa tidak dibuka?' Bagaimana kita menjelaskannya? Apakah kita harus mengatakan 'ada persoalan keuangan'?"
Museum itu akan mempertunjukkan informasi dan kisah mengenai serangan itu serta orang-orang yang meninggal. Di museum itu juga akan ada pameran tentang al-Qaida dan komplotan pelaku serangan 11 September, meskipun sebagian anggota keluarga, seperti Jim Riches, yang kehilangan putranya, Jimmy, berpendapat bagian itu harus terbatas, untuk pameran sampingan saja.
“Kalau orang ingin melihat potret mereka, biarkan mereka pergi ke kios dan melihat potret-potret itu. Denngan begitu, saya rasa, mereka akan tampak sebagai orang-orang terkenal,”ujarnya.
Bagian yang tidak akan pernah dipertunjukkan karena menimbulkan kontroversi sengit adalah tempat penyimpanan 9.000 potongan bagian-bagian tubuh, tulang, dan jaringan tubuh korban yang tidak dikenal. Tempat koleksi ini sedianya akan bertingkat tujuh di bawah tanah dan tidak untuk semua orang, tetapi hanya bagi para anggota keluarga korban dan para pemeriksa medis.
Riches dan anggota-anggota 16 keluarga lain telah mengajukan tuntutan hukum. Mereka menghendaki agar sisa-sisa kerangka para korban itu disimpan di bagian atas museum itu.
“Saya rasa, di Amerika tidak ada yang menempatkan tulang dan bagian tubuh manusia di museum, dan juga harus ada izin dari para anggota keluarga korban untuk melakukan hal demikian,” papar Riches.
Walikota New York, Michael Bloomberg, ketua yayasan museum tersebut, mengatakan, tempat penyimpanan bawah tanah itu diperlukan untuk kemungkinan identifikasi DNA pada masa depan.
“Salah satu bagian penting museum itu adalah di mana kita menempatkan sisa-sisa kerangka para korban yang belum dikenali ini di fasilitas yang juga dianggap oleh para pemeriksa medis nantinya akan diperlukan kalau teknologi semakin canggih,” urai Bloomberg.
Masalah lain adalah kelompok atheis telah mengajukan gugatan untuk menghentikan pameran yang berupa batang baja berbentuk salib yang menjadi ikon bagi para petugas pembangunan kembali di tempat kejadian, Ground Zero. Yayasan itu mengatakan bahwa batang baja berbentuk salib itu dipamerkan di museum sebagai artifak, bukan sebagai lambang agama.
Suami Monica Iken, Michael, tewas dalam serangan 11 September. Ia menuturkan, “Ini memalukan untuk dilihat dunia. Mereka datang kemari, dan saya datang ke sini beberapa kali di mana orang-orang mendatangi saya serta mengatakan, 'mana museumnya, mengapa tidak dibuka?' Bagaimana kita menjelaskannya? Apakah kita harus mengatakan 'ada persoalan keuangan'?"
Museum itu akan mempertunjukkan informasi dan kisah mengenai serangan itu serta orang-orang yang meninggal. Di museum itu juga akan ada pameran tentang al-Qaida dan komplotan pelaku serangan 11 September, meskipun sebagian anggota keluarga, seperti Jim Riches, yang kehilangan putranya, Jimmy, berpendapat bagian itu harus terbatas, untuk pameran sampingan saja.
“Kalau orang ingin melihat potret mereka, biarkan mereka pergi ke kios dan melihat potret-potret itu. Denngan begitu, saya rasa, mereka akan tampak sebagai orang-orang terkenal,”ujarnya.
Bagian yang tidak akan pernah dipertunjukkan karena menimbulkan kontroversi sengit adalah tempat penyimpanan 9.000 potongan bagian-bagian tubuh, tulang, dan jaringan tubuh korban yang tidak dikenal. Tempat koleksi ini sedianya akan bertingkat tujuh di bawah tanah dan tidak untuk semua orang, tetapi hanya bagi para anggota keluarga korban dan para pemeriksa medis.
Riches dan anggota-anggota 16 keluarga lain telah mengajukan tuntutan hukum. Mereka menghendaki agar sisa-sisa kerangka para korban itu disimpan di bagian atas museum itu.
“Saya rasa, di Amerika tidak ada yang menempatkan tulang dan bagian tubuh manusia di museum, dan juga harus ada izin dari para anggota keluarga korban untuk melakukan hal demikian,” papar Riches.
Walikota New York, Michael Bloomberg, ketua yayasan museum tersebut, mengatakan, tempat penyimpanan bawah tanah itu diperlukan untuk kemungkinan identifikasi DNA pada masa depan.
“Salah satu bagian penting museum itu adalah di mana kita menempatkan sisa-sisa kerangka para korban yang belum dikenali ini di fasilitas yang juga dianggap oleh para pemeriksa medis nantinya akan diperlukan kalau teknologi semakin canggih,” urai Bloomberg.
Masalah lain adalah kelompok atheis telah mengajukan gugatan untuk menghentikan pameran yang berupa batang baja berbentuk salib yang menjadi ikon bagi para petugas pembangunan kembali di tempat kejadian, Ground Zero. Yayasan itu mengatakan bahwa batang baja berbentuk salib itu dipamerkan di museum sebagai artifak, bukan sebagai lambang agama.