Pemberontak Yaman Setujui Rencana Gencatan Senjata Saudi

Puing-puing rumah yang hancur akibat serangan udara oleh koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi di desa Faj Attan, Sanaa, Yaman, 7 Mei 2015.

Pemberontak Houthi di Yaman mengatakan menyetujui usulan gencatan senjata bagi kemanusiaan selama lima hari yang akan dimulai hari Selasa (12/5).

Pejuang Houthi di Yaman menerima usul gencatan senjata kemanusiaan lima hari dari Arab Saudi, yang akan dimulai hari Selasa.

Pengumuman hari Minggu (10/5) itu disampaikan hanya beberapa jam setelah jet-jet tempur koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengebom kediaman mantan Presiden Ali Abdullah Saleh di ibukota, Sana'a. Saleh diyakini tidak berada di rumah ketika itu. Ia kemudian muncul di televisi, sedang berdiri di depan reruntuhan.

Pekan lalu, Amerika dan Arab Saudi mengumumkan rencana gencatan senjata di Yaman, di mana koalisi yang dipimpin Arab Saudi melancarkan serangan udara terhadap orang-orang Houthi, milisi Yaman utara yang menguasai bagian-bagian Yaman dalam beberapa bulan terakhir.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry menghimbau kelompok-kelompok yang mendukung Houthi untuk mendorong para pemberontak menyetujui gencatan senjata tersebut. Para pemberontak Syiah bersekutu dengan Presiden Saleh dan secara luas diyakini didukung Iran.

Raja Arab Saudi Salman hari Minggu (10/5) membela intervensi militer itu, yang ia katakan diminta oleh pemimpin Yaman, guna "menyelamatkan Yaman dan rakyatnya" dari apa yang ia sebut, "kelompok yang berorientasi sekte" yang didukung asing dan mengancam stabilitas kawasan.

Badan-badan bantuan melaporkan pengeboman Arab Saudi dan pertempuran Houthi telah menewaskan ratusan warga sipil sejak Maret. Konflik itu juga menyebabkan Yaman kekurangan pasokan dasar. Program Pangan Dunia PBB mengatakan kapal yang disewanya telah berlabuh di Yaman, membawa bahan bakar yang dibutuhkan untuk mendistribusi bantuan kemanusiaan di seluruh negara yang dilanda perang itu.