Bradley Manning lolos dari hukuman penjara maksimal 90 tahun, namun ia juga akan dipecat secara tidak hormat dari Angkatan Darat AS.
Prajurit Angkatan Darat AS Bradley Manning telah dijatuhi hukuman penjara 35 tahun atas pembocoran besar-besaran sekumpulan informasi rahasia kepada WikiLeaks, sebuah kelompok anti-kerahasiaan di internet. Ini merupakan pelanggaran rahasia resmi negara yang terbesar dalam sejarah Amerika.
Hakim militer AS Kolonel Denise Lind menjatuhkan hukuman tersebut Rabu (21/8) di pangkalan militer Fort Meade di negara bagian Maryland. Ia mengatakan mantan analis intelijen berusia 25 tahun itu akan dipecat secara tidak hormat dari militer dan kehilangan sebagian dari gajinya.
Manning sebelumnya terancam hukuman penjara maksimal 90 tahun, dengan jaksa pemerintah meminta hukuman 60 tahun dan pengacara Manning meminta keringanan hukuman yang dapat memberi Manning kesempatan untuk merehabilitasi hidupnya.
Pensiunan Angkatan Udara AS Kolonel Morris Davis, mantan kepala jaksa di Guantanamo, bersaksi atas nama Manning. Ia mengatakan Manning layak untuk dihukum karena membocorkan informasi rahasia saat menjabat sebagai seorang intelijen militer. Namun ia mengatakan hukuman 90 tahun penjara terlalu berat bagi Manning.
"Hal terburuk yang Bradley Manning lakukan adalah mempermalukan negara," kata Davis. "Tidak ada nilai nyata bagi al-Qaida atau siapa pun dari dokumen-dokumen rahasia tersebut, karena mereka dapat mencarinya di Google dan mendapatkan informasi yang sama."
Penjatuhan hukuman ini mengakhiri proses di pengadilan selama 12 minggu terakhir, dan pertempuran hukum yang panjang mengenai motif Manning ketika ia diungkapkan lebih dari 700.000 dokumen rahasia kepada WikiLeaks. Termasuk dalam dokumen-dokumen tersebut adalah kabel diplomatik Departemen Luar Negeri AS dan laporan medan perang Amerika dari Irak dan Afghanistan. Sebuah rekaman video menunjukkan serangan helikopter AS yang menewaskan dua warga sipil.
Manning dan pengacara pembelanya menyatakan bahwa Manning memiliki tujuan idealis dalam memberikan informasi, percaya ia bisa mengungkap kebenaran tentang keterlibatan AS dalam perang di Irak dan Afghanistan. Para pengacaranya juga mengatakan krisis identitas gender Manning sebagai seorang prajurit homoseksual menjadi salah satu faktor yang memotivasi tindakan Manning, di tengah kebijakan militer AS saat itu yang tidak terbuka terhadap homoseksualitas.
Dalam permintaan maaf yang ia sampaikan di ruang sidang pekan lalu, Manning mengatakan, "Saya percaya bahwa saya membantu, bukannya menyakiti orang lain."
Hakim militer AS Kolonel Denise Lind menjatuhkan hukuman tersebut Rabu (21/8) di pangkalan militer Fort Meade di negara bagian Maryland. Ia mengatakan mantan analis intelijen berusia 25 tahun itu akan dipecat secara tidak hormat dari militer dan kehilangan sebagian dari gajinya.
Manning sebelumnya terancam hukuman penjara maksimal 90 tahun, dengan jaksa pemerintah meminta hukuman 60 tahun dan pengacara Manning meminta keringanan hukuman yang dapat memberi Manning kesempatan untuk merehabilitasi hidupnya.
Pensiunan Angkatan Udara AS Kolonel Morris Davis, mantan kepala jaksa di Guantanamo, bersaksi atas nama Manning. Ia mengatakan Manning layak untuk dihukum karena membocorkan informasi rahasia saat menjabat sebagai seorang intelijen militer. Namun ia mengatakan hukuman 90 tahun penjara terlalu berat bagi Manning.
"Hal terburuk yang Bradley Manning lakukan adalah mempermalukan negara," kata Davis. "Tidak ada nilai nyata bagi al-Qaida atau siapa pun dari dokumen-dokumen rahasia tersebut, karena mereka dapat mencarinya di Google dan mendapatkan informasi yang sama."
Penjatuhan hukuman ini mengakhiri proses di pengadilan selama 12 minggu terakhir, dan pertempuran hukum yang panjang mengenai motif Manning ketika ia diungkapkan lebih dari 700.000 dokumen rahasia kepada WikiLeaks. Termasuk dalam dokumen-dokumen tersebut adalah kabel diplomatik Departemen Luar Negeri AS dan laporan medan perang Amerika dari Irak dan Afghanistan. Sebuah rekaman video menunjukkan serangan helikopter AS yang menewaskan dua warga sipil.
Manning dan pengacara pembelanya menyatakan bahwa Manning memiliki tujuan idealis dalam memberikan informasi, percaya ia bisa mengungkap kebenaran tentang keterlibatan AS dalam perang di Irak dan Afghanistan. Para pengacaranya juga mengatakan krisis identitas gender Manning sebagai seorang prajurit homoseksual menjadi salah satu faktor yang memotivasi tindakan Manning, di tengah kebijakan militer AS saat itu yang tidak terbuka terhadap homoseksualitas.
Dalam permintaan maaf yang ia sampaikan di ruang sidang pekan lalu, Manning mengatakan, "Saya percaya bahwa saya membantu, bukannya menyakiti orang lain."