Pembuangan gelombang ketiga air limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Jepang yang rusak ke Samudra Pasifik berakhir dengan aman sesuai rencana, kata operatornya pada Senin (20/11). Sementara itu, para produsen makanan laut di negara itu terus menderita akibat larangan impor China yang diberlakukan setelah pelepasan air limbah dimulai.
Sejumlah besar air limbah radioaktif telah terakumulasi di PLTN tersebut sejak rusak akibat gempa bumi dahsyat dan tsunami pada tahun 2011. PLTN tersebut mulai membuang air limbah yang telah diolah dan diencerkan ke laut pada tanggal 24 Agustus dan selesai melepaskan limbah ketiga seberat 7.800 ton pada Senin. Prosesnya diperkirakan memakan waktu puluhan tahun.
Pembuangan ini ditentang keras oleh kelompok-kelompok nelayan dan negara-negara tetangga termasuk China, yang melarang semua impor makanan laut dari Jepang, sehingga sangat merugikan produsen dan eksportir kerang dan makanan laut lainnya di Jepang.
BACA JUGA: Para Inspektur PBB Lakukan Tes pada Ikan FukushimaOperator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power Company Holdings, mengatakan pelepasan ketiga, seperti dua pelepasan sebelumnya, berjalan lancar dan bahwa sampel laut yang diuji oleh mereka dan pemerintah menunjukkan bahwa kadar semua radionuklida tertentu jauh lebih rendah dari standar keselamatan internasional.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dalam pertemuan Jumat lalu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik di San Francisco, meminta China untuk segera mencabut larangan makanan laut namun hanya mencapai kesepakatan yang samar-samar untuk “menemukan cara menyelesaikan masalah ini” melalui pertemuan dan dialog dengan cara yang konstruktif.”
Kedua pihak akan mengadakan pertemuan ilmiah untuk membahas pelepasan tersebut tetapi belum ada jadwal untuk kemungkinan pencabutan larangan tersebut, kata Kishida.
Pemerintah Jepang telah menyiapkan dana bantuan untuk membantu menemukan pasar baru bagi makanan laut Jepang, dan pemerintah pusat dan daerah telah memimpin upaya untuk mendorong konsumen Jepang agar makan lebih banyak ikan dan mendukung produsen makanan laut Fukushima.
TEPCO juga memberi kompensasi kepada industri perikanan atas “kerusakan reputasi” produk-produknya yang disebabkan oleh pelepasan air limbah itu. TEPCO mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan formulir permohonan kepada 580 calon pencari kompensasi.
Air limbah diolah untuk menghilangkan radioaktivitas sebanyak mungkin agar memenuhi standar pelepasan yang sah dan kemudian diencerkan dengan air laut sebelum dibuang. TEPCO dan pemerintah mengatakan proses tersebut aman, namun beberapa ilmuwan mengatakan pelepasan air yang mengandung radionuklida dari reaktor yang rusak belum pernah terjadi dan harus diawasi dengan ketat.
Selesainya pembuangan air limbah gelombang ketiga pada Senin menjadikan total pembuangan air limbah menjadi 23.400 ton. TEPCO merencanakan pelepasan keempat pada akhir Maret 2024. Ini hanya akan mengosongkan sekitar 10 dari sekitar 1.000 tangki penyimpanan di PLTN Fukushima karena produksi air limbah yang berlanjut, meskipun para pejabat mengatakan laju pembuangan akan meningkat di kemudian hari. Tangki-tangki tersebut saat ini menampung lebih dari 1,3 juta ton air limbah, yang sebagian besar harus diolah untuk memenuhi standar keselamatan sebelum dibuang.
TEPCO dan pemerintah mengatakan pembuangan air ke laut tidak dapat dihindari karena tangki-tangki tersebut harus dikeluarkan dari lokasi sebelum PLTN dapat dinonaktifkan. [ab/ka]