Pembunuhan gajah Sumatra yang langka telah meningkat dalam 10 tahun terakhir, terutama karena diracun atau ditembak.
JAKARTA —
Peracunan atau penembakan merupakan sebab kematian sebagian besar dari 129 gajah langka di Sumatra dalam kurang dari 10 tahun terakhir, menunjukkan lemahnya penegakan hukum atas perburuan liar, ujar sebuah kelompok lingkungan.
WWF Indonesia mengatakan pembunuhan gajah Sumatra meningkat, dengan 29 gajah ditembak atau diracun tahun lalu, termasuk 14 diantaranya di provinsi Aceh. Kelompok itu mengatakan Selasa (4/6) bahwa tidak ada yang didakwa atau dipenjarakan karena kematian-kematian tersebut di provinsi Riau sejak 2004.
Laporan tersebut datang tiga hari setelah dua bangkai gajah Sumatra ditemukan dekat perkebunan kertas di Riau, diduga diracun oleh pemburu liar. Seekor gajah lain dibunuh bulan lalu dekat taman nasional Tesso Nilo dan gadingnya diambil. Hasil otopsi menunjukkan adanya pembungkus deterjen plastik dalam perutnya yang berisi racun.
Kelompok tersebut mengatakan 59 persen dari gajah yang mati adalah karena diracun, 13 persen diduga diracun, dan 5 persen ditembak mati. Yang lainnya mati karena sakit dan sebab-sebab lainnya, atau alasan yang tidak diketahui.
Lembaga International Union for Conservation of Nature memasukkan gajah Sumatra ke dalam daftar binatang yang hampir punah setelah jumlahnya menurun sampai antara 2.400 dan 2.800 dari perkiraan 5.000 pada 1985. Para ahli lingkungan hidup mengatakan gajah-gajah itu dapat punah dalam tiga dekade kecuali ada perlindungan.
Penurunan itu terutama karena pengrusakan habitat mereka. Hutan-hutan di Sumatra ditebangi untuk mendapatkan kayu, kelapa sawit, pulp dan kertas.
Sumatra memiliki beberapa dari populasi gajah Asia terbanyak di luar India dan Sri Lanka dan juga merupakan rumah untuk harimau, orangutan dan badak.
"Tindakan yang efektif di lapangan harus segera diambil untuk melindungi gajah-gajah Sumatra dari kepunahan, terutama di Riau,” menurut laporan tadi. Ada sekitar 300 gajah yang tersisa di Riau.
Achmad Saeroji, kepala badan konservasi milik pemerintah di Riau, menyangkal tuduhan kurangnya penegakan hukum, dengan mengatakan bahwa sedikitnya delapan kasus telah ditangani oleh pihak berwenang baru-baru ini.
“Kami selalu menginvestigasi setiap kasus gajah yang ditemukan mati,” ujarnya. “Namun sulit untuk menangkap pelakunya karena laporan yang terlambat atau ketakutan orang-orang untuk melaporkan pemburu yang bekerja dalam jaringan.”
Gajah di Indonesia terkadang masuk ke daerah permukiman penduduk untuk mencari makan. Mereka menghancurkan tanaman atau menyerang manusia, membuat mereka tidak disenangi penduduk. Beberapa ditembak atau diracun dengan buah yang dilapisi sianida, sementara yang lainnya dibunuh pemburu untuk diambil gadingnya. (AP)
WWF Indonesia mengatakan pembunuhan gajah Sumatra meningkat, dengan 29 gajah ditembak atau diracun tahun lalu, termasuk 14 diantaranya di provinsi Aceh. Kelompok itu mengatakan Selasa (4/6) bahwa tidak ada yang didakwa atau dipenjarakan karena kematian-kematian tersebut di provinsi Riau sejak 2004.
Laporan tersebut datang tiga hari setelah dua bangkai gajah Sumatra ditemukan dekat perkebunan kertas di Riau, diduga diracun oleh pemburu liar. Seekor gajah lain dibunuh bulan lalu dekat taman nasional Tesso Nilo dan gadingnya diambil. Hasil otopsi menunjukkan adanya pembungkus deterjen plastik dalam perutnya yang berisi racun.
Kelompok tersebut mengatakan 59 persen dari gajah yang mati adalah karena diracun, 13 persen diduga diracun, dan 5 persen ditembak mati. Yang lainnya mati karena sakit dan sebab-sebab lainnya, atau alasan yang tidak diketahui.
Lembaga International Union for Conservation of Nature memasukkan gajah Sumatra ke dalam daftar binatang yang hampir punah setelah jumlahnya menurun sampai antara 2.400 dan 2.800 dari perkiraan 5.000 pada 1985. Para ahli lingkungan hidup mengatakan gajah-gajah itu dapat punah dalam tiga dekade kecuali ada perlindungan.
Penurunan itu terutama karena pengrusakan habitat mereka. Hutan-hutan di Sumatra ditebangi untuk mendapatkan kayu, kelapa sawit, pulp dan kertas.
Sumatra memiliki beberapa dari populasi gajah Asia terbanyak di luar India dan Sri Lanka dan juga merupakan rumah untuk harimau, orangutan dan badak.
"Tindakan yang efektif di lapangan harus segera diambil untuk melindungi gajah-gajah Sumatra dari kepunahan, terutama di Riau,” menurut laporan tadi. Ada sekitar 300 gajah yang tersisa di Riau.
Achmad Saeroji, kepala badan konservasi milik pemerintah di Riau, menyangkal tuduhan kurangnya penegakan hukum, dengan mengatakan bahwa sedikitnya delapan kasus telah ditangani oleh pihak berwenang baru-baru ini.
“Kami selalu menginvestigasi setiap kasus gajah yang ditemukan mati,” ujarnya. “Namun sulit untuk menangkap pelakunya karena laporan yang terlambat atau ketakutan orang-orang untuk melaporkan pemburu yang bekerja dalam jaringan.”
Gajah di Indonesia terkadang masuk ke daerah permukiman penduduk untuk mencari makan. Mereka menghancurkan tanaman atau menyerang manusia, membuat mereka tidak disenangi penduduk. Beberapa ditembak atau diracun dengan buah yang dilapisi sianida, sementara yang lainnya dibunuh pemburu untuk diambil gadingnya. (AP)