Wakil pemerintah Suriah dan oposisi hari Rabu (22/1) dengan nada marah menjabarkan permusuhan mereka ketika bertemu dalam konferensi perdamaian PBB di Montreux, Swiss.
MONTREUX, SWISS —
Konferensi internasional kedua tentang Suriah yang telah ditunggu-tunggu sejak lama, dibuka dengan pernyataan konfrontatif oleh pemerintah dan oposisi hari Rabu. Para pendukung utama konperensi itu, Rusia dan Amerika, juga menghadirkan sudut pandang yang berlawanan.
Di lokasi yang damai antara danau yang tenang dan pegunungan yang diselimuti salju, subjek yang dibicarakan adalah perang, perkosaan, mutilasi dan pembunuhan anak. Tuduhan diarahkan ke segala arah, dan para peserta menyampaikan yang sangat berbeda tentang masa depan Suriah.
Ketua koalisi oposisi Suriah, Ahmad al - Jarba, menunjukkan sebuah foto tubuh yang dimutilasi untuk membantu menyampaikan keluhannya.
Jarba menuduh Presiden Suriah Bashar al - Assad menggunakan pejuang teroris dari kelompok Lebanon, Hizbullah, dan Garda Revolusi Iran untuk membunuh dan menindas warga sipil di Suriah. Dia mengatakan satu-satunya tujuan konferensi ini , sesuai dengan komunike dari pertemuan sebelumnya 18 bulan yang lalu, adalah untuk menggantikan Assad dengan pemerintahan transisi.
Sementara, wakil pemerintah Suriah, Menteri Luar Negeri Walid al-Moallem, menentangnya. Dia menuduh oposisi dan para pendukung asingnya membawa melancarkan aksi teroris di Suriah. Dia juga menyanggah langsung pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, dengan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menyatakan bahwa Presiden Assad tidak sah. Al-Moallem menegaskan bahwa hanya rakyat Suriah-lah yang memiliki hak untuk memilih Presiden mereka.
Sebelumnya, Menlu Kerry mengatakan hal itu dalam pidatonya pada sesi pembukaan konferensi.
"Orang yang telah memimpin serangan brutal terhadap rakyatnya sendiri tidak mungkin bisa mendapatkan kembali legitimasi untuk memerintah," ujar Kerry.
Kerry menegaskan bahwa satu-satunya jalan ke depan bagi Suriah adalah menciptakan pemerintahan transisi, tanpa Presiden Assad.
Di lain pihak, mitra sejawat Kerry yang menyerukan diadakannya konferensi ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, memiliki pandangan berbeda tentang makna komunike dari pertemuan sebelumnya.
Lavrov memberitahu para diplomat dari puluhan negara bahwa kelompok-kelompok radikal berupaya memaksakan pandangan mereka sendiri di Suriah. Tapi dia juga menyampaikan nada yang optimis.
Lavrov mengatakan, konferensi internasional ini dan pembicaraan langsung di antara pihak-pihak di Suriah, yang dimulai hari Jumat di Jenewa, tidak akan mudah atau cepat, tetapi ia mengatakan upaya-upaya itu mungkin berhasil.
Di Washington, Departemen Luar Negeri Amerika menyebut pidato Menlu Suriah Walid al-Moallem sebagai "menghasut," dan tidak sejalan dengan tujuan pertemuan itu, yakni untuk memulai proses pembentukan pemerintah transisi.
Di lokasi yang damai antara danau yang tenang dan pegunungan yang diselimuti salju, subjek yang dibicarakan adalah perang, perkosaan, mutilasi dan pembunuhan anak. Tuduhan diarahkan ke segala arah, dan para peserta menyampaikan yang sangat berbeda tentang masa depan Suriah.
Ketua koalisi oposisi Suriah, Ahmad al - Jarba, menunjukkan sebuah foto tubuh yang dimutilasi untuk membantu menyampaikan keluhannya.
Jarba menuduh Presiden Suriah Bashar al - Assad menggunakan pejuang teroris dari kelompok Lebanon, Hizbullah, dan Garda Revolusi Iran untuk membunuh dan menindas warga sipil di Suriah. Dia mengatakan satu-satunya tujuan konferensi ini , sesuai dengan komunike dari pertemuan sebelumnya 18 bulan yang lalu, adalah untuk menggantikan Assad dengan pemerintahan transisi.
Sementara, wakil pemerintah Suriah, Menteri Luar Negeri Walid al-Moallem, menentangnya. Dia menuduh oposisi dan para pendukung asingnya membawa melancarkan aksi teroris di Suriah. Dia juga menyanggah langsung pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, dengan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa menyatakan bahwa Presiden Assad tidak sah. Al-Moallem menegaskan bahwa hanya rakyat Suriah-lah yang memiliki hak untuk memilih Presiden mereka.
Sebelumnya, Menlu Kerry mengatakan hal itu dalam pidatonya pada sesi pembukaan konferensi.
"Orang yang telah memimpin serangan brutal terhadap rakyatnya sendiri tidak mungkin bisa mendapatkan kembali legitimasi untuk memerintah," ujar Kerry.
Kerry menegaskan bahwa satu-satunya jalan ke depan bagi Suriah adalah menciptakan pemerintahan transisi, tanpa Presiden Assad.
Di lain pihak, mitra sejawat Kerry yang menyerukan diadakannya konferensi ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, memiliki pandangan berbeda tentang makna komunike dari pertemuan sebelumnya.
Lavrov memberitahu para diplomat dari puluhan negara bahwa kelompok-kelompok radikal berupaya memaksakan pandangan mereka sendiri di Suriah. Tapi dia juga menyampaikan nada yang optimis.
Lavrov mengatakan, konferensi internasional ini dan pembicaraan langsung di antara pihak-pihak di Suriah, yang dimulai hari Jumat di Jenewa, tidak akan mudah atau cepat, tetapi ia mengatakan upaya-upaya itu mungkin berhasil.
Di Washington, Departemen Luar Negeri Amerika menyebut pidato Menlu Suriah Walid al-Moallem sebagai "menghasut," dan tidak sejalan dengan tujuan pertemuan itu, yakni untuk memulai proses pembentukan pemerintah transisi.