Pengobatan kanker di masa depan akan semakin mahal, karena itu pemerintah harus menyediakan pengobatan murah dan masyarakat hidup lebih sehat.
Dengan meningkatnya jumlah pasien kanker di dunia serta makin beragamnya jenis sakit kanker, Harold Elliot Varmus, direktur Institut Kanker Nasional Amerika Serikat, mendorong adanya tekanan politik lebih kuat agar pemerintah di manapun menyediakan pengobatan kanker yang lebih murah.
Ia mengatakan pengobatan kanker di masa yang akan datang akan semakin mahal, karena itu pemerintah harus menyediakan pengobatan murah dan masyarakat hidup lebih sehat.
Selain itu, Varmus, juga penerima Hadiah Nobel di bidang kesehatan, menyarankan agar masyarakat menjalani gaya hidup sehat karena inilah jalan termurah menghindari kanker, antara lain dengan tidak merokok dan mengkonsumsi makanan sehat.
"Saya tidak bisa memberikan saran yang lebih khusus mengenai bagaimana mencegah kanker, kecuali bahwa kita harus hidup sehat, dan saling mengajak untuk mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga dan menghindari jumlah kalori yang besar, karena dalam berbagai kasus ini menjadi salah satu faktor penyebab kanker,” ujarnya dalam sebuah kuliah terbuka di Yogyakarta, Rabu (11/7).
Data Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa selama 2011, jumlah pasien miskin dengan sakit kanker yang berobat jalan di Indonesia mencapai 75.163 orang, dan 30.089 orang dirawat di rumah sakit dengan biaya penuh dari pemerintah.
Dari jumlah tersebut, baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit, yang paling banyak adalah penderita kanker payudara yang mencapai lebih dari 28.700 orang, dan diikuti oleh penderita kanker organ kewanitaan berjumlah lebih dari 23.400 orang.
Menanggapi paparan Varmus, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyatakan, pemerintah telah memiliki program khusus, dengan memberikan jaminan pembiayaan bagi penderita kanker, terutama dari kalangan miskin.
”Untuk kanker ini nanti dijamin oleh pemerintah, terutama untuk yang miskin dan hampir miskin. Ke depan tidak hanya kanker, penyakit katastropik akan kita jamin juga. Tetapi harus memenuhi persyaratannya yaitu punya kartu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat ),” ujarnya.
Namun langkah penjaminan ini hanya akan dilaksanakan sepenuhnya untuk pembiayaan pengobatan. Ketika ditanyakan mengenai jaminan untuk upaya deteksi dini kanker, Ali menyatakan akan dilakukan dengan selektif karena menyangkut jumlah pendanaannya.
”Tentu nanti kalau dia datang ke rumah sakit, ke klinik atau ke Puskesmas tentu masuk ke situ [dalam jaminan pemerintah]. Tetapi kalau khusus, misalnya kanker nasofaring, saya kira itu belum. Anda bisa bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan pemerintah,” jelasnya.
Ia mengatakan pengobatan kanker di masa yang akan datang akan semakin mahal, karena itu pemerintah harus menyediakan pengobatan murah dan masyarakat hidup lebih sehat.
Selain itu, Varmus, juga penerima Hadiah Nobel di bidang kesehatan, menyarankan agar masyarakat menjalani gaya hidup sehat karena inilah jalan termurah menghindari kanker, antara lain dengan tidak merokok dan mengkonsumsi makanan sehat.
"Saya tidak bisa memberikan saran yang lebih khusus mengenai bagaimana mencegah kanker, kecuali bahwa kita harus hidup sehat, dan saling mengajak untuk mengkonsumsi makanan sehat, berolahraga dan menghindari jumlah kalori yang besar, karena dalam berbagai kasus ini menjadi salah satu faktor penyebab kanker,” ujarnya dalam sebuah kuliah terbuka di Yogyakarta, Rabu (11/7).
Data Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa selama 2011, jumlah pasien miskin dengan sakit kanker yang berobat jalan di Indonesia mencapai 75.163 orang, dan 30.089 orang dirawat di rumah sakit dengan biaya penuh dari pemerintah.
Dari jumlah tersebut, baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit, yang paling banyak adalah penderita kanker payudara yang mencapai lebih dari 28.700 orang, dan diikuti oleh penderita kanker organ kewanitaan berjumlah lebih dari 23.400 orang.
Menanggapi paparan Varmus, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyatakan, pemerintah telah memiliki program khusus, dengan memberikan jaminan pembiayaan bagi penderita kanker, terutama dari kalangan miskin.
”Untuk kanker ini nanti dijamin oleh pemerintah, terutama untuk yang miskin dan hampir miskin. Ke depan tidak hanya kanker, penyakit katastropik akan kita jamin juga. Tetapi harus memenuhi persyaratannya yaitu punya kartu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat ),” ujarnya.
Namun langkah penjaminan ini hanya akan dilaksanakan sepenuhnya untuk pembiayaan pengobatan. Ketika ditanyakan mengenai jaminan untuk upaya deteksi dini kanker, Ali menyatakan akan dilakukan dengan selektif karena menyangkut jumlah pendanaannya.
”Tentu nanti kalau dia datang ke rumah sakit, ke klinik atau ke Puskesmas tentu masuk ke situ [dalam jaminan pemerintah]. Tetapi kalau khusus, misalnya kanker nasofaring, saya kira itu belum. Anda bisa bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan pemerintah,” jelasnya.