Pemerintah Janji Kurangi Kabut Asap Tahun Ini

Polisi dan petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan kebakaran hutan di Rokan Hulu, provinsi Riau, Sumatera (28/8).

Enam provinsi telah mendeklarasikan keadaan darurat, memungkinkan BNPB merespon lebih cepat dibandingkan tahun lalu.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan yakin kebakaran hutan dan kabut asap beracun yang menyebar ke wilayah Asia Tenggara lainnya tidak akan mencapai tingkat seperti tahun 2015 karena cuaca yang kondusif dan tanggap darurat yang lebih cepat.

Tahun lalu, kebakaran hutan termasuk yang paling buruk, memperburuk hubungan antara Indonesia dan negara-negara tetangga, dan menimbulkan kerugian ekonomi sedikitnya US$16 miliar, atau setara dengan 1,9 persen PDB negara, menurut Bank Dunia.

"Kami yakin tahun ini keadaannya akan lebih baik," ujar juru bicara BNPB, Sutopo Nugroho kepada wartawan Senin (29/8), mengacu pada pengurangan 61 persen titik-titik api yang terlihat tahun 2016 dibandingkan dengan setahun lalu.

Enam provinsi telah mendeklarasikan keadaan darurat, memungkinkan BNPB merespon lebih cepat dibandingkan tahun lalu, ujar Sutopo.

"Tahun 2015, hanya tiga provinsi yang mengumumkan keadaan darurat dan bahkan itu pun terlambat. Kebakaran hutan dan lahan telah menyebar," ujarnya.

Memiliki wilayah hutan tropis terluas ketiga di dunia, Indonesia telah dikritik oleh aktivis-aktivis lingkungan hidup dan negara-negara Asia Tenggara karena gagal menghentikan kabut asap tahunan, yang sebagian besar disebabkan karena pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan bubur kertas.

Polusi tahun 2015 membuat Singapura merugi $517 juta, menurut menteri lingkungan hidup dan sumber daya air bulan Maret.

Musim kering basah yang tidak biasa terkait dengan fenomena cuaca La Nina tahun ini telah membantu menghentikan penyebaran kebakaran, ujar Sutopo. Berdasarkan prakiraan cuaca, musim kemarau akan memuncak bulan September dan berakhir Oktober, kata Sutopo.

"Jadi untuk satu bulan itu kami akan betul-betul mengontrol semuanya," ujarnya.

Kabut asap berkurang jauh di Singapura hari Senin, tidak seperti minggu lalu, karena pergeseran angin mendorong asap dari Sumatera ke arah utara di atas Malaysia.

Di sana, kualitas udara di Kuala Lumpur hampir mencapai tingkat "tidak sehat" dan warga mengeluh di media sosial karena berkurangnya jarak pandang dan bau yang tajam.

Meski Presiden Joko Widodo telah memerintahkan agar bencana tahunan diakhiri "lebih cepat lebih baik", masalah tidak akan hilang tanpa perbaikan langkah-langkah pencegahan, ujar Sutopo.

"Tidak mungkin kita dapat sepenuhnya menghilangkan atau mengakhiri kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, karena terkait sebagian besar dengan perilaku komunitas yang menyalakan api," ujarnya, mengacu pada para petani yang menggunakan api untuk membuka lahan untuk perkebunan.

"Masih ada kebakaran, jadi pencegahan harus ditingkatkan."

Menurut Bank Dunia, sekitar 35 persen angkatan kerja Indonesia dipekerjakan di sektor pertanian, dengan penyumbang utama minyak kelapa sawit dan industri kertas dan bubur kertas. Minyak kelapa sawit adalah salah satu pendorong besar untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yang merupakan produsen terbesar di dunia untuk minyak makan itu. [hd]