Pemerintah Suriah Raih Kemajuan di Ghouta Timur

Para anggota pasukan pro-pemerintah Suriah mengendarai tank di Afris, Ghouta Timur, 10 Maret 2018.

Pasukan pemerintah Suriah membuat kemajuan baru di wilayah kekuasaan pemberontak di Ghouta Timur, dengan membebaskan dua kota dari kekuasaan Tentara Pembebasan Suriah. Lebih dari 1.100 warga sipil telah tewas dalam pertempuran tiga pekan terakhir ini, di tengah laporan bahwa pemerintah telah kembali menggunakan gas beracun, kemungkinan dengan dukungan diam-diam dari sekutunya, Rusia.

Pasukan pemerintah Suriah melakukan kemajuan lebih jauh di Ghouta Timur hari Minggu, dengan membebaskan sebuah kota besar lagi dari daerah yang selebihnya dikuasai pemberontak.

Tentara dengan tank-tank pemerintah memasuki Mudeira di bawah pemboman hebat. Pemerintah Suriah. yang didukung Rusia, menyatakan serangan itu diperlukan untuk menghentikan serangan-serangan pemberontak terhadap warga sipil di Damaskus.

Baca: Sehari Setelah Bantuan Tiba, Serangan Dimulai Lagi di Suriah

“Kami melepaskan tembakan sebelum menyerang posisi-posisi kelompok-kelompok bersenjata dan kubu pertahanan mereka, dan kemudian pasukan infanteri kami menyerang posisi-posisi mereka dan bergerak maju hingga beberapa kilometer,” kata Komandan Militer Suria, Firas Hassa.

Gerak maju pemerintah di Mudeira pada Minggu (11/3), setelah merebut Mesraba sehari sebelumnya itu telah menciptakan pemisah yang lebar di kubu pertahanan pemberontak di dekat Damaskus. Tentara Pembebasan Suriah,Sabtu (10/3),menyatakan tidak akan mundur atau menyerah.

Lebih dari 1.100 warga sipil telah tewas di daerah itu dalam tiga pekan belakangan. Ada laporan-laporan bahwa pemerintah Suriah, yang didukung Rusia, telah menggunakan gas beracun dalam pertempuran.

Baca: Palang Merah Minta Jaminan Keselamatan Dipenuhi di Suriah

Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis memperingatkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Rusia agar tidak menggunakan gas itu.

“Rusia adalah penjamin bahwa Assad akan menyingkirkan semua (senjata kimia) itu. Lagi-lagi, Rusia tidak berkompeten atau diam-diam bersekongkol dengan Assad. Ada banyak laporan mengerikan mengenai penggunaan gas klorin atau mengenai gejala-gejala yang mungkin diakibatkan oleh gas klorin,” kata Mattis.

Mattis tidak menyatakan apakah Amerika Serikat akan melakukan tindakan balasan terhadap pasukan Suriah jika laporan mengenai serangan gas klorin itu dikukuhkan. Tetapi, ia mengatakan Presiden Donald Trump memiliki “ruang manuver politik penuh” untuk mengambil keputusan apapun yang dianggapnya tepat.

“Dan ada negara-negara Barat lainnya yang masih berhubungan dengan kami, yang mengawasi ini dengan sangat cermat dan sepenuhnya bekerja sama dengan kami,” ujar Mattis.

Mattis mengatakan tidak ada bukti bahwa gas klorin pernah digunakan di Ghouta. Akan tetapi ia menyatakan bahwa Rusia berupaya membubarkan Mekanisme Investigasi Gabungan, suatu misi PBB yang akan menetapkan tentang kemungkinan penggunaan gas beracun. [uh/ab]