Partai-Partai Moderat Pimpin Pemerintahan Koalisi Israel

  • Robert Berger

Kemenangan partai-partai moderat atas partai pimpinan PM Israel Benjamin Netanyahu, diperkirakan akan mempengaruhi politik Israel menjadi lebih moderat.

Partai-partai politik Israel telah membentuk koalisi, membuka jalan untuk diplomasi internasional tingkat tinggi seiring dengan persiapan kunjungan Presiden Amerika Barack Obama.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang lemah memerlukan hampir enam minggu untuk membentuk pemerintah baru Israel, hampir tidak bisa memenuhi batas waktu hari Sabtu. Netanyahu memenangkan pemilu nasional pada bulan Januari, tapi partainya, partai sayap kanan Likud kalah dari partai-partai moderat yang sekuler yang mengajukan tuntutan-tuntutan keras.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, partai ultra-Ortodoks tidak ikut dalam pemerintahan. Analis masalah Israel Gerald Steinberg mengatakan bahwa ini berarti sebuah koalisi dengan agenda yang lebih mengenai masalah domestik, dimulai dengan mengakhiri pengecualian dalam wajib militer dan tunjangan untuk kalangan ultra-Ortodoks.

"Ini akan menangani isu-isu dalam negeri, paling tidak itulah tujuannya, dalam hal distribusi baik beban militer maupun keuangan. Jadi akan lebih mengurus isu-isu dalam negeri,” kata Steinberg.

Tetapi ketika Netanyahu mengumumkan tentang kesepakatan koalisi itu, ia melihat bahwa kawasan Timur Tengah yang lebih luas sedang dalam gejolak.

Netanyahu mengatakan pemerintah baru harus menanggapi masalah keamanan utama dan tantangan-tantangan politik. Dia tidak merinci, tetapi dalam pernyataan sebelumnya, ia menyebut tantangan-tantangan itu adalah program nuklir Iran yang kontroversial, bahaya senjata kimia Suriah jatuh ke tangan kelompok-kelompok teroris Islam, dan menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian dengan Palestina.

Netanyahu mengatakan isu Iran akan menjadi agenda utama ketika Presiden Amerika Barack Obama melawat ke Israel minggu depan.

Iran mengatakan bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, tetapi Israel dan Amerika yakin bahwa Republik Islam itu sedang mengembangkan senjata nuklir yang bisa mengancam keberadaan negara Yahudi.

Steinberg yakin perdana menteri itu akan memberitahu Presiden Obama bahwa jika diplomasi internasional dan sanksi-sanksi gagal, Israel siap untuk mengambil tindakan militer terhadap Iran, tanpa dukungan negara lain.

Isu-isu domestik dan isu mengenai Iran telah mengesampingkan isu Palestina untuk sementara. Tapi Netanyahu mengatakan menghidupkan kembali pembicaraan damai dengan Palestina setelah kebuntuan empat tahun merupakan prioritas.

Steinberg tidak memperkirakan adanya terobosan baru.

Palestina menolak untuk kembali ke meja perundingan sampai Israel menghentikan semua perluasan permukiman, permintaan yang ditolak oleh pemerintah Israel sebelumnya.

Tapi ada spekulasi bahwa dengan kunjungan Presiden Obama dan koalisi yang lebih moderat berkuasa, Israel mungkin bersedia membuat konsesi mengenai masalah permukiman.

Obama akan membahas masalah-masalah ini dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ketika mereka bertemu di Tepi Barat pekan depan.