Afghanistan tidak masuk dalam daftar isu-isu kampanye pemilihan umum di Amerika Serikat, tapi ketika mengecam serangan maut hari Selasa (7/2) di Kabul, juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengatakan penasihat keamanan nasional Michael Flynn telah menegaskan kepada mitranya dari Afghanistan soal berlanjutnya dukungan Amerika dan kemitraan strategis antara kedua negara.
Menteri Pertahanan Jim Mattis juga berbicara dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani untuk “membahas hubungan strategis AS-Afghanistan yang berkelanjutan”. Pernyataan Pentagon mengatakan kedua pemimpin “berharap dapat berbicara lagi dalam waktu dekat”.
Bagi Duta Besar Afghanistan di Washington, Hamdullah Mohib, kontak-kontak itu menunjukkan pemerintahan baru Amerika menghargai kemitraan dengan Afghanistan dalam perang melawan terorisme. Ia mengatakan “hubungan kita dengan pemerintahan baru diawali dengan sangat kuat”.
Utusan Afghanistan di Washington itu yakin “pemerintahan Trump mengakui nilai kemitraannya yang sangat besar dengan Afghanistan dan pentingnya mempunyai sekutu kuat dalam perang melawan teroris dan di kawasan yang bergejolak.”
Meski demikian sebagian pengecam kebijakan luar negeri pemerintahan Trump tidak melihat hubungan “yang sangat kuat”. Penulis beberapa buku mengenai Afghanistan dan pimpinan Pusat Kerjasama Internasional di New York University, Barnett Rubin mengatakan “Trump tidak mempercayai misi itu tapi terpaksa mempertahankan tentara di sana untuk sementara guna mencegah runtuhnya pemerintah Afghanistan." [my/al]