Musim pemilu kali ini, pemilih muda AS menyuarakan kepedulian mereka, sekaligus menuntut aksi nyata untuk melawan perubahan iklim. Wartawan VOA Veronica Balderas Iglesias melaporkan bagaimana kaum muda – baik Partai Demokrat maupun Republik - mendesak upaya komunikasi dan kompromi untuk mengatasi ancaman yang disebut para pakar iklim sebagai ancaman buruk yang sudah ada secara global.
“Kami mengendarai mobil listrik ke seluruh Amerika Serikat untuk menunjukkan beberapa cara inovatif berbasis pasar untuk mengatasi perubahan iklim,” kata Benji Backer, usia 22 tahun, yang terdaftar sebagai pemilih partai Republik.
Ia menyatakan nilai-nilai konservatif dapat menyelesaikan perubahan iklim. “Perlu ada transformasi. Isu peduli lingkungan bukan hanya milik Demokrat tetapi juga didukung oleh kedua partai. Partai Republik dan kalangan konservatif cenderung tinggal di wilayah pedesaan. Mereka cenderung hidup di kawasan pertanian, peternakan dan di pegunungan. Mereka peduli pada lingkungan.”
Backer mengetuai organisasi "Conservation Coalition". Organisasi itu mengusulkan kontrak iklim yang di antaranya menyerukan penggunaan teknologi untuk mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil, sementara transisi secara bertahap menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan dapat terlaksana.
Sementara itu, banyak pemilih partai Demokrat mendukung kebijakan Green New Deal, yang mengusulkan aksi nyata yang meluas dan lebih cepat. Namun banyak pihak yang terbuka untuk melakukan sejumlah pembahasan secara bipartisan.
Alida Austin dari Sunrise Movement DC memaparkan, “Kita bisa berdebat mengenai kebijakan dan mengupayakan kompromi. Kami meyakini hal mendasar bahwa setiap orang berhak menjalani kehidupan di dunia yang bebas banjir dan kebakaran.”
Akan tetapi menjelang pemilihan presiden 3 November 2020, pandemi COVID-19 dan keterpurukan ekonomi merupakan hal yang paling dikhawatirkan warga Amerika Serikat.
Terkait perubahan iklim, terdapat kesenjangan besar antara sejumlah pendukung Presiden Donald Trump dan lawannya dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Alec Tyson dari Pew Research mengemukakan, “Hanya 17% pendukung Trump berpendapat perubahan iklim sangat penting bagi mereka dalam musim gugur ini. Tetapi pandangan pendukung Joe Biden, sangat berbeda. Hampir 7 dari 10 pendukung Biden atau 68% menyatakan perubahan iklim merupakan isu yang sangat penting bagi mereka dalam menentukan pilihan.”
Namun kesenjangan partisan itu lebih kecil di kalangan pemilih muda, menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan Pew Research Center.
Perubahan iklim hanya dibahas secara singkat dalam debat pertama calon presiden, tetapi pemilih berusia di bawah 35 tahun ingin mendengar lebih jauh kebijakan mengenai isu itu.
Gabrielle Harris, adalah mahasiswi pendukung Demokrat. Ia menjelaskan, “Perlu lebih banyak waktu untuk membahas masalah itu dan alokasi waktu lebih bagi para kandidat untuk ditanyai sejumlah pertanyaan terkait perubahan iklim karena isu ini berhubungan dengan masa depan kami.”
Your browser doesn’t support HTML5
Ben Rajadurai dari College Republican National Committee menginginkan pemilih muda lebih bertanggung jawab mengenai hal-hal yang akan datang seperti perubahan gaya hidup sehari-hari sekaligus memastikan agar mengkomunikasikannya kepada legislator masing-masing.
Para pemilih independen, yang merupakan 40% dari pemilih menurut kelompok Independent Voting, mendukung sejumlah perubahan besar struktural, terlepas dari kelompok usia pemilih.
Manu Meel, CEO Bridge USA, menjelaskan kebanyakan kawula muda berharap dan menilai pentingnya dampak, serta upaya untuk mengatasi, perubahan iklim.
Tantangan yang dihadapi para pemilih muda saat ini adalah mengubah harapan itu menjadi aksi nyata terkait perubahan iklim bagi masa depan generasi mendatang. [mg/ka]