Dengan pemilu tinggal beberapa pekan ke depan, Arizona menjadi salah satu medan pertempuran penting dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2024. Baik wakil presiden Kamala Harris maupun mantan presiden Donald Trump tahu, bahwa memenangkan negara bagian di barat daya ini adalah kunci jalan mereka menuju ke Gedung Putih.
Wakil presiden Kamala Harris melakukan kunjungan pertamanya ke perbatasan AS-Meksiko sebagai calon presiden dari Partai Demokrat, akhir bulan lalu.
Dia berjalan di sepanjang sisi tembok yang dibangun di Douglas, Arizona, selama masa kepresidenan Barack Obama. Setelah itu, dalam kampanyenya di Douglas, Harris mengatakan bahwa AS harus mengawasi perbatasannya, tetapi juga mendesak cara yang lebih baik untuk menerima imigran yang datang secara legal.
“Dan karena itu, kita harus mereformasi sistem imigrasi kita untuk memastikan bahwa itu bekerja dengan tepat, bahwa sistem itu manusiawi dan akan membuat negara kita semakin kuat,” tegas Harris.
Sejumlah warga Arizona mengatakan, imigrasi adalah alasan mereka memilih mantan presiden Donald Trump, yang telah berjanji untuk lebih keras menindak imigrasi ilegal.
Jane Degrezia adalah seorang pemilih partai Republik. “Saya tidak punya masalah dengan imigrasi legal. Sama sekali tak ada masalah,” kata dia.
Namun, Degrezia menegaskan bahwa bagi mereka yang menyeberang secara ilegal, tidak selayaknya ada di Amerika Serikat.
“Itu sangat tidak adil bagi negara kita, dan itu berbahaya,” tambahnya.
Ada lebih dari 4,1 juta pemilih terdaftar di Arizona. Sekitar 35 persen terdaftar sebagai pemilih partai Republik, sementara hanya sekitar 29 persen terdaftar sebagai pemilih partai Demokrat. Sekitar 34 persen pemilih masuk dalam kategori “lain-lain”, di mana masuk di dalamnya adalah kelompok independen dan mereka yang tidak terdaftar dalam partai-partai besar.
Mark Kimble adalah seorang pemilih dari kelompok independen yang juga menjadi ketua Komisi Pemilu Bersih Warga.
“Jadi, jumlah independen dalam kelompok pemilih di Arizona benar-benar tumbuh,” ujarnya Kimble yang menjadi ketua Komisi Pemilu Bersih Warga di Tucson, Arizona.
Dia juga mengatakan bahwa imigrasi tidak menjadi isu utama bagi semua orang.
“Partai Republik jauh lebih mungkin untuk mengatakan bahwa masalah utama adalah imigrasi. Partai Demokrasi jauh lebih mungkin menyatakan bahwa isu utamanya adalah aborsi. Kelompok independen mungkin lebih memilih mengatakan bahwa abosi menjadi masalah utama, tetapi tidak dalam jumlah yang begitu besar,” tambah Kimble.
Arizona adalah satu-satunya negara bagian medan pertempuran yang berbatasan dengan Meksiko dan salah satu yang menangani jumlah kedatangan migran yang mencapai rekor pada 2023.
BACA JUGA: Hampir 24 Juta Imigran Berhak Berikan Suara di Pilpres ASPada hari ketika Harris mengunjungi perbatasan, Trump yang berkampanye di Michigan, kembali berjanji untuk menutup perbatasan.
“Kita akan memulai operasi deportasi terbesar dalam sejarah Amerika. Dan kita tidak punya pilihan kecuali melakukan itu,” kata dia.
Namun, Daniel Gutierrez, seorang pemilih muda, ingin melihat sebuah sistem imigrasi yang tidak memisahkan keluarga-keluarga dalam jangka lama.
“Melihat keluarga-keluarga terpisah itu sangat menyakitkan hati,” ujarnya.
Daniel mengatakan, ayahnya adalah pendukung Trump, sementara ibunya memilih Harris. “Jadi, aku menyimak dari kedua sisi,” katanya.
Dan untuk pemilu presiden ke depan, Gutierrez telah memiliki keputusan.
“Saya memutuskan untuk bersama Partai Demokrat,” ujarnya.
Sementara warga Arizona telah tahu siapa yang akan mereka pilih pada November nanti, yang lain lebih berfokus pada upaya untuk membawa lebih banyak orang ke TPS.
Joseph Garcia adalah direktur eksekutif kelompok beranjak dan memilih, Si Se Vota.
“Apapun yang menjadi isunya, kami ingin mereka memberikan informasi kepada pemilih dan untuk membuat keputusan. Bagi kami, benar-benar terserah mereka terkait bagaimana mereka ingin memilih,” kata Garcia.
Dan para pemilih ini bisa membantu memastikan siapa yang akan memenangkan Gedung Putih pada 5 November nanti. [ns]