Pemimpin AS, China Tawarkan Jalur Berbeda kepada Para Tokoh Bisnis Asia

  • Steve Heman

Presiden AS Donald Trump berbicara pada hari terakhir KTT CEO APEC menjelang pertemuan puncak para pemimpin Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Danang, Vietnam, 10 November 2017. (Foto: dok).

Presiden Amerika dan Presiden China secara mencolok menawarkan pandangan yang berbeda mengenai arah perdagangan di Asia dalam pidato terpisah di depan para pemimpin bisnis, Jumat (10/11) dalam KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Danang, Vietnam.

Presiden Amerika Donald Trump mengatakan kepada para pemimpin bisnis APEC bahwa dia bersedia membuat perjanjian perdagangan bilateral dengan negara manapun di kawasan Indo-Pasifik, tetapi dia dengan tegas menolak kesepakatan multi-nasional seperti Trans Pacific Partnership (TPP) atau Kemitraan Trans Pasifik yang beranggotakan 12 negara, yang segera ditinggalkan pada hari-hari pertama pemerintahannya.

“Saya akan membuat perjanjian perdagangan bilateral dengan negara Indo-Pasifik mana pun yang ingin menjadi mitra kami dan yang akan mematuhi prinsip-prinsip perdagangan yang adil dan timbal balik. Apa yang tidak akan kita lakukan lagi adalah mengadakan kesepakatan besar yang mengikat tangan kita, menyerahkan kedaulatan kita, dan membuat penegakan yang berarti hampir tidak mungkin dilakukan,” kata Trump.

Presiden Trump mengatakan bahwa pada masa lalu ketika negaranya menurunkan hambatan pasar, negara-negara lain tidak membuka pasar untuk Amerika. Mulai sekarang, kata Trump, hal itu akan berbeda.

“Amerika berharap mitra-mitra kami akan mematuhi peraturan dengan setia. Kami berharap pasar akan terbuka pada tingkat yang sama di kedua pihak dan bahwa investasi swasta, bukan perencana pemerintah, akan mengarahkan investasi," lanjutnya.

Presiden China Xi Jinping, yang keberhasilan ekonomi negaranya didorong oleh perencanaan pemerintah berskala besar, juga memberikan pidato di depan khalayak yang sama di Danang, namun dengan pesan yang berbeda dari yang disampaikan sebelumnya oleh Presiden Trump.

Presiden Xi merangkul konsep multilateral, dan secara khusus mengimbau dukungan bagi Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP), yang bisa menyelaraskan pakta-pakta ekonomi regional dan bilateral.

China tidak diundang untuk menjadi anggota TPP, yang dipimpin oleh Amerika dan Jepang, dan terutama dimaksudkan menjadi benteng melawan ambisi strategis China.

Presiden Xi juga menyebut globalisasi sebagai tren yang tidak dapat diubah, namun dia juga mengatakan bahwa dunia harus berusaha membuatnya lebih seimbang dan inklusif.

Pidato tersebut disampaikan beberapa jam setelah Presiden Trump meninggalkan China di mana dia dan Xi bertemu beberapa kali pada hari Rabu dan Kamis.

Di Beijing, hari Kamis (9/11), presiden Amerika berbicara dengan nada yang lebih lunak daripada sebelumnya mengenai topik-topik sensitif seperti Korea Utara dan perdagangan dan mengatakan bahwa dia memiliki perasaan “sangat hangat” terhadap Presiden Xi. Trump mengatakan Amerika harus mengubah kebijakannya.

“Sayang sekali bahwa pemerintahan-pemerintahan terdahulu membiarkannya melenceng begitu jauh dari keteraturan. Tapi kami akan membuatnya adil, dan akan sangat luar biasa bermanfaat kita bersama,” imbuhnya.

Presiden China mengatakan bahwa hubungan Beijing dengan Washington “sekarang berada pada titik awal yang baru” dan berjanji untuk “meningkatkan komunikasi dan kerja sama mengenai isu nuklir di Semenanjung Korea” dan isu-isu lainnya.

“Untuk China dan Amerika Serikat, kerja sama adalah satu-satunya pilihan yang tepat, dan kerja sama yang saling menguntungkan bisa membawa kita ke masa depan yang lebih baik,” kata Xi Jinping.

Sebagian besar perhatian Trump dalam lawatannya ke Asia berfokus pada Korea Utara, yang berusaha mengembangkan program nuklir dan rudal yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

Presiden Trump menekan Xi secara pribadi dalam masalah nuklir Korea Utara, kata para pejabat pemerintahan Trump. Menurut Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Trump mengatakan kepada Xi, “Anda orang yang kuat, saya yakin Anda bisa menyelesaikan ini (masalah Korea Utara) untuk saya.” [lt]