Presiden Amerika Donald Trump dan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi memuji keberhasilan pertempuran gabungan melawan Negara Islam (ISIS) ketika mengadakan pembicaraan langsung pertama mereka hari Senin (20/3) di Gedung Putih.
“Meskipun ISIS masih merupakan musuh yang berbahaya, kami yakin ISIS akan dikalahkan.” Demikian seperti tertulis dalam pernyataan bersama setelah pertemuan itu.
Sementara pasukan Irak mengkonsolidasikan keberhasilan melawan ISIS, kedua pemimpin itu sepakat bahwa Amerika dan Irak akan meneruskan kemitraan jangka panjang untuk secara meyakinkan membasmi terorisme dari Irak dan memperkuat militer Irak serta lembaga-lembaga penting lainnya.
Pasukan Irak telah bertempur melawan ISIS di darat dengan bantuan serangan udara dari koalisi pimpinan Amerika. Fokus utama kampanye itu kini adalah serangan untuk merebut kembali kota Mosul dari tangan militan yang menguasainya sejak pertengahan 2014.
Ketika ISIS mencaplok Irak utara dan barat hampir tiga tahun lalu, para pemimpin Irak menyalahkan militer karena meninggalkan pos-pos mereka dan gagal melakukan perlawanan terhadap ISIS, sementara personel militer menuduh pemerintah gagal memberikan pasokan dan pelatihan bagi bala tentara secara memadai.
Pada awal pertemuan hari Senin, Presiden Trump mengatakan dia berharap bisa membahas apa yang disebutnya “kevakuman” yang diakibatkan oleh kegagalan itu. “Kita akan mencari solusi. Tujuan utama kami adalah kita harus menyingkirkan ISIS,” ujar Trump.
Trump juga menyesalkan penarikan pasukan Amerika tahun 2011 dari Irak, yang merupakan hasil keputusan tahun 2008 yang dilakukan oleh Presiden Barack Obama setelah para perunding Irak dan Amerika mencapai kata sepakat mengenai rincian perjanjian imunitas bagi tentara dan kontraktor Amerika yang bertugas di Irak.
“Seharusnya kita tidak pernah meninggalkan Irak,” kata Trump, dalam komentar menyusul pernyataannya bahwa “pertama-tama, mungkin kita seharusnya tidak pernah melancarkan serangan di Irak.”
Presiden Trump juga mengangkat isu program nuklir Iran dan mempertanyakan mengapa pendahulunya, Barack Obama, menandatangani perjanjian nuklir dengan Iran dan mencabut embargo yang telah berlangsung lama oleh negara-negara Barat atas Republik Islam itu.
Al-Abadi mengatakan kepada Trump bahwa pemerintahannya memiliki “pasukan kontraterorisme terkuat,” tapi mengharapkan kerjasama lebih banyak dengan Amerika Serikat. [lt]