Pemimpin mahasiswa Hong Kong, yang memimpin demonstrasi massal berhari-hari, sepakat berunding pada saat-saat terakhir dengan pemerintah pro-Beijing untuk meredakan krisis yang telah melumpuhkan sebagian besar kota Hong Kong.
Kesepakatan tersebut, diumumkan Jumat (3/10) pagi, hanya beberapa jam setelah kepala eksekutif yang diprotes di wilayah itu menyampaikan tawaran bertemu dengan para pemimpin demonstrasi. Dalam tawaran itu, Kepala Eksekutif Leung Chun-ying menolak tuntutan utama mahasiswa agar ia mundur.
Sebelumnya dalam konferensi pers Kamis malam waktu setempat, Leung Chun-ying mengatakan ia akan meminta kepala sekretarisnya, Carrie Lam, untuk bertemu dengan para demonstran guna membahas "perkembangan konstitusional." Carrie Lam kemudian mengontak Federasi Mahasiswa Hong Kong dan meminta pertemuan dilakukan sesegera mungkin.
Leung membuat pernyataan sebelum batas waktu baginya untuk mengundurkan diri pada Kamis tengah malam. Kepala eksekutif Hong Kong itu menghimbau para demonstran menjauh dari gedung pemerintah dan markas polisi serta kediaman kepala eksekutif.
Sementara, pemimpin demonstrasi Hong Kong mengancam akan menyerbu gedung-gedung pemerintah jika Leung menolak mengundurkan diri. Tapi setelah batas waktu pengunduran diri berlalu, dilaporkan tidak terjadi kekerasan di dekat kantor-kantor pemerintah, yang dikelilingi kerumunan mahasiswa dan dijaga ketat polisi.
Kelompok pro-demokrasi yang dikenal Occupy Central menyambut baik kesepakatan itu dan mengatakan para pemimpin "berharap pembicaraan itu dapat menjadi titik balik dalam kebuntuan politik saat ini." Tapi Occupy Central, seperti kelompok-kelompok mahasiswa lain yang ikut demonstrasi ini, juga menuntut agar Leung mengundurkan diri.