Pejabat Eropa mencurigai terjadinya sabotase dua jalur pipa Nord Stream di Laut Baltik.
“Ada tiga kebocoran, untuk itu sulit membayangkan hal ini bisa terjadi secara kebetulan,” kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen hari Selasa (27/9).
“Kami melihat jelas bahwa ini adalah tindakan sabotase – sebuah tindakan yang kemungkinan berarti eskalasi lebih lanjut dalam situasi di Ukraina,” kata Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki.
Frederiksen dan Morzaiecki mengungkapkan kecurigaan mereka di Gloeniow, Polandia, pada upacara pembukaan Baltic Pipe, bagian dari rencana Polandia untuk mengurangi ketergantungan energinya pada Rusia. Pipa itu akan menghubungkan Polandia dengan tambang gas Norwegia melalui Denmark.
“Kami telah membuat laporan dan klasifikasi kejahatannya adalah sabotase berat,” kata kepolisian nasional Swedia hari Selasa, dalam pengumuman penyelidikan awal kemungkinan sabotase jalur pipa Nord Stream 1.
BACA JUGA: Denmark Laporkan Kebocoran Jalur Pipa Gas di Laut Baltik“Tak ada kemungkinan yang dapat dikesampingkan saat ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov terkait kemungkinan sabotase, yang menambahkan bahwa kebocoran itu patut menjadi perhatian.
Hingga belum lama ini Nord Stream 1 merupakan sumber gas utama Jerman, sementara Nord Stream 2 belum beroperasi secara komersial.
Rusia menutup Nord Stream 1 awal September lalu dengan klaim sedang dilakukan proses “pemeliharan.”
Pemilik mayoritas operator jaringan pipa gas Nord Stream AG adalah Gazprom, perusahaan energi milik pemerintah Rusia.
“Kerusakaan yang terjadi secara bersamaan di hari yang sama pada tiga rangkaian pipa gas lepas pantai dari sistem Nord Stream belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pihak Nord Stream AG.
“Kebocoran terbesar menyebabkan tersebarnya gelembung-gelembung dengan diameter hingga satu kilometer. Yang terkecil menciptakan lingkaran berdiameter sekitar 200 meter,” menurut pernyataan angkatan bersenjata Denmark, yang menyertakan foto-foto kebocoran di lepas pulau Bornholm.
Ilmuwan di Eropa mengatakan, seismograf pada hari Senin merekam ledakan kuat di Laut Baltik pada hari yang sama ketika dua pipa gas menurunkan tekanan.
“Ada lonjakan dan kemudian kebisingan biasa,” kata Josef Zens, juru bicara pusat penelitian geologi Jerman, GFZ. “Kami tidak bisa mengatakan apakah itu bisa berupa gas yang mengalir keluar.”
BACA JUGA: Putus Pasokan Gas, Putin Dituduh Gunakan Energi sebagai Senjata“Sekali adalah kebetulan. Dua kali adalah kebetulan. Tiga kali adalah tindakan musuh,” tulis komunis opini Bloomberg Javier Blas, mengutip penulis Inggris mendiang Ian Fleming.
“Kebocoran itu kemungkinan besar merupakan sebuah pesan bahwa Rusia membuka front baru dalam perang energi melawan Eropa. Pertama, ia mempersenjatai pasokan gasnya, menghentikan pengiriman, termasuk melalui jalur pipa Nord Stream. Kini, negara itu mungkin menyerang infrastruktur energi yang sebelumnya ia gunakan untuk mengirim pasokan energinya,” kata Blas, penulis buku The World for Sale: Money, Power and the Traders Who Barter the Earth’s Resources.
Di tengah banyaknya spekulasi di media sosial tentang siapa yang mungkin telah menyabotase Nord Stream, tidak ada bukti yang kredibel tentang siapa pelaku dan motifnya. Pengamat dan amatir di Twitter berpendapat bahwa Rusia mungkin telah mengerahkan penyelam atau kendaraan selam untuk melubangi pipa gas itu.
Sementara itu, penasihat kantor presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa kebocoran itu disebabkan oleh “serangan teroris” dan “agresi” terhadap Uni Eropa.
Beberapa akun anonim di Twitter menyatakan bahwa Presiden AS lah yang memerintahkan serangan, menyebarkan sebuah klip video di mana Joe Biden pada awal Februari lalu berjanji akan “mengakhiri” proyek Nord Stream 2 apabila Rusia menginvasi Ukraina.
“Saya tidak akan berspekulasi tentang penyebabnya saat ini dan saya tahu mitra kami di Eropa tengah menyelidikinya. Kami tetap siap memberikan dukungan pada upaya mereka,” kata juru bicara Dewan Kemanan Nasional Gedung Putih kepada VOA hari Selasa (27/9). “Ini hanya menunjukkan kembali pentingnya upaya kami untuk bekerja sama untuk mendapatkan pasokan gas alternatif ke
Eropa dan untuk mendukung upaya mengurangi konsumsi gas dan mempercepat kemandirian energi sejati dengan beralih ke ekonomi energi bersih.”
Kremlin telah menyatakan bahwa jika Eropa Barat menginginkan gas Rusia, maka mereka harus mengakhiri sanksi yang dijatuhkan terhadap Moskow menyusul invasinya ke Ukraina tujuh bulan lalu.
Sementara dampak hilangnya jaringan pipa bagi Eropa menjelang musim dingin masih belum diketahui, kebocoran di tiga titik pipa itu mengancam langsung kehidupan satwa liar dan navigasi kelautan.
Kebocoran gas dapat mengakibatkan hewan kesulitan bernapas dan menjadi ancaman ledakan bagi kapal-kapal yang melintas, menurut kelompok-kelompok pemerhati lingkungan. [rd/jm]