Pemimpin Uni Eropa Sepakat Atasi Pajak Perusahaan Teknologi

Logo Apple (Foto: ilustrasi)

Meski merevolusi gaya hidup, tapi apakah raksasa teknologi Amerika bisa dianggap sebagai perampok baru abad ke-21 yang meraup miliaran dollar keuntungan tapi hanya sedikit membayar pajak?

Setelah bertahun-tahun mengalami dampak akibat krisis utang terburuk, para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk mengatasi isu yang dipicu oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron yang mengecam perusahaan-perusahaan teknologi seperti Google, Facebook dan Apple sebagai "pengambil keuntungan karena kemurahan hati pihak lain dalam dunia modern."

Sampai bulan Maret lalu, lima dari 10 perusahaan terkaya di dunia adalah raksasa Silicon Valley: Apple, Google Alphabet, Microsoft, Amazon dan Facebook.

Namun peraturan pajak sekarang ini masih menggunakan sistem perekonomian lama ketika perusahaan multinasional Amerika seperti General Motors, IBM atau McDonald's, masuk ke negara-negara asing secara transparan, membuka pabrik-pabrik baru, lapangan kerja dan membayar pajak yang lebih besar.

Perusahaan-perusahaan ini memiliki apa yang disebut pakar pajak "bentuk usaha tetap," dan menunjukkan kehadiran fisik yang jelas dan dikenai pajak melalui aset nyata.

Tapi sekarang di sebagian besar negara Uni Eropa, raksasa teknologi Amerika hampir secara eksklusif beroperasi di dunia maya dimana layanan mereka disalurkan lewat aplikasi ke ponsel cerdas dan tablet yang dibuat oleh perancang dan layanan data server yang terletak jauh diseberang lautan.Perusahaan-perusahaan Silicon Valley yang seperti hantu sangat mempengaruhi ekonomi Eropa, tapi seringkali hanya mempekerjakan staf dalam jumlah minimal dan beberapa ruang kantor di tengah-tengah pangsa pasar yang punya jutaan pengguna atau pelanggan. [my/ii]